klikkalimantan.com, MARTAPURA – Dana atau anggaran untuk membangun kembali Jembatan Pingaran Ilir, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, sejauh ini belum ada kepastikan.
Sebagaimana diketahui, jembatan kayu ulin di Desa Pingaran Ilir tersebut ambruk pada 15 Januari 2022 kemarin karena dihantam tumpukan ‘pampangan’ (material) yang terseret derasnya arus air Sungai Riam Kiwa.
Sebenarnya, upaya pembersihan tumpukan berbagai meterial yang tersangkut di badan jembatan sepanjang 70 Meter dengan lebar 1,5 Meter itu sudah dilakukan oleh tim Operasi dan Pemeliharaan (OP) dari Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan (PUPRP) Kabupaten Banjar bersama warga setempat sejak 12 Januari 2022 lalu.
Namun, banyaknya tumpukan meterial yang terus berdatangan, dan tersangkut di badan jembatan yang menjadi akses penghubung warga RT03 dengan warga 07 Desa Pingaran Ilir, menyebabkan tim OP bersama masyarakat kewalahan melakukan pembersihan. Sehingga konstruksi jembatan yang mengalami kerusakan cukup parah tersebut putus dan hanyut terbawa arus.
“Kita akan melakukan pembongkaran terhadap konstruksi jembatan yang tersisa, karena sangat berbahaya apabila masih digunakan warga,” ujar Pelaksanaan Tugas (Plt) Kepala Dinas PUPRP Kabupaten Banjar, HM Riza Dauly, saat meninjau langsung ke lokasi.
Didampingi Jennita Adistya Putri selaku Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga, Riza Dauly mengaku akan mengupayakan agar pembangunan jembatan baru yang menghubungkan RT03 dengan RT06 dan RT07 di Desa Pingaran Ilir dapat segera dilakukan.
“Mudah-mudahan pembangunan jembatan baru dapat dilakukan, entah menggunakan dana kedaruratan seperti rehabilitasi dan rekonstruksi baik dari BPBD/BNPB, Balai Sungai, atau sumber dana lainnya seperti dari Pemerintah Provinsi hingga Pemerintah Pusat. Karena jembatan ini merupakan salah satu urat nadi penghidupan warga setempat. Kami sebenarnya mengharapkan ada sebuah kolaboratif dari beberapa stakeholder terkait untuk menanggulangi permasalahan ini,” harapnya.
Menurut Riza Dauly, untuk pembangunan jembatan yang lebih dikenal warga setempat dengan nama Jembatan Pulau tersebut diestimasikan menelan biaya sebesar Rp5 Miliar hingga Rp6 Miliar.
“Berdasarkan analisis tim teknis Bidang Bina Marga, kemungkinan akan dibangunkan jembatan gantung. Kami pun masih mencari opsi lainnya, dengan kembali memperhitungkan lalulintas harian rata-rata yang menggunakan akses jembatan ini. Mudah-mudahan dapat segera dibangun,” ujarnya.
Riza Dauly mengakui, sejauh ini belum ada kepastian mengenai dana atau anggaran untuk perbaikan jembatan tersebut.
“Jadi, kalau pun dananya tidak mencukupi, kemungkinan akan kita bangunkan pada 2023 mendatang,” bebernya.
Sedangkan terkait tumpukan berbagai meterial yang tersangkut pada jembatan tersebut, lanjut Riza Dauly, terpaksa hanya dihanyutkan ke bagian hilir Sungai Martapura. Sebab, untuk pengangkutan tumpukan meterial di area tersebut tidak mungkin dilakukan karena padatnya area pemukiman.
“Tapi, Tim OP Bidang SDA sudah siap siaga menunggu tumpukan berbagai material yang terbawa arus Sungai Martapura di Jembatan yang berada di Desa Pekauman. Karena itu saya mengimbau kepada masyarakat di bantaran Sungai Martapura agar berhati-hati terhdap tumpukan material yang dihanyutkan ke hilir sungai tersebut,” pungkasnya.(zai/klik)