WBP Memperoleh Keahlian selama Dalam Lapas

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

klikkalimantan.com, MARTAPURA – Berada di dalam jeruji besi akibat tersandung masalah hokum, nampaknya tak membuat Suni Agus bersama kawan-kawan senasibnya patah semangat. Juga tak mematikan kreativitas mereka.

Terbukti, selama beberapa tahun menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Karang Intan, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Suni Agus bersama kawan-kawan senasibnya mampu menciptakan beraneka ragam hasil kerajinan tangan yang dibuat menggunakan bahan limbah kayu.

Suni Agus dan teman-temannya berhasil memanfaatkan limbah kayu stik es krim, untuk menciptakan berbagai miniatur bangunan, seperti Rumah Adat Banjar, masjid, hingga kapal layar, dan lain sebagainya.

Tentunya, dengan keahlian tersebut, Suni Agus tidak lagi terlalu khawatir, jika tiba waktunya kembali ke lingkungan masyarakat usai menjalani masa tahanan. Sebab, sudah memiliki keahlian untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.

Lalu, darimana kepiawaian dan keahlian tersebut mereka peroleh?

Suni Agus mengaku, keahlian tersebut mereka  peroleh selama menjadi WBP di Lapas Narkotika Kelas IIA Karang Intan, yang memang telah memprogramkan berbagai macam kegiatan pelatihan dengan menggandeng beberapa stakeholder terkait untuk warga binaan.

“Saya belajarnya saat berada di sini. Mungkin sekitar dua bulan lamanya saya mengikuti pelatihan. Biasanya, untuk menyelesaikan satu miniatur, seperti Rumah Adat Banjar, membutuhkan waktu sekitar dua hari kalau dikebut, tergantung ukurannya,” ucapnya.

Sembari menyusun satu per satu potongan kayu untuk membuat miniatur kapal layar, Suni Agus menceritakan, karya seninya tersebut setelah selesai akan dipajang di galeri Lapas Narkotika Kelas IIA Karang Intan, untuk dipasarkan.

“Biasanya, pengunjung Lapas juga ada yang membeli. Tapi, soal pemasaran teman saya Denny yang lebih mengetahui. Kalau saya lebih fokus untuk pembuatannya saja,” ujar Suni sembari tersenyum.

Tak kalah sibuk dengan Suni, karena tengah merangkai miniatur Rumah Adat Banjar, Denny pun menjelaskan di mana saja dan berapa keuntungan yang mereka dapatkan dari hasil penjualan  kerajinan tangan miniatur yang mereka buat tersebut.

“Biasanya, kalau ada kegiatan pameran, hasil kerajinan kita juga akan dipamerkan. Bahkan, kami juga ada menerima pesanan dari instansi-instansi tertentu yang ingin dibuatkan berbagai miniatur ini, seperti miniatur Rumah Adat Banjar,” bebernya.

Dari hasil penjualan berbagai karya miniatur tersebut, papar Denny, sebagian hasilnya akan digunakan untuk modal membeli bahan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk merakit berbagai miniatur.

“Untuk bagian kami sekitar 10%, dan ditabungkan. Sedangkan untuk harga penjualan berbagai miniatur ini bervariasi, tergantung ukurannya. Seperti Rumah Adat Banjar dijual seharga Rp250.000, dan kapal layar seharga Rp350.000,” tuturnya.(zai/klik)

 

BACA JUGA :
PSU Perumahan Tak Dilengkapi, Disperkim LH Imbau Warga Jangan Lakukan Akad

Berita Terbaru

Scroll to Top