Jejak Kolonial di Puing Oranje Nassau Pengaron

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
PUING - Puing tambang batu bara bawah tanah Oranje Nassau Pengaron saat dalam proses ekskavasi lima tahun silam. Saat ini Oranje Nassau sudah ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. (foto-foto: dok/klik)

klikkalimantan.com – Bekas tambang batubara bawah tanah (underground) Oranje Nassau di Kecamatan Pengaron -banyak juga yang menyebutnya Benteng Pengaron- ditetapkan menjadi destinasi wisata anyar di Kabupaten Banjar.

Kendati baru, di bawah pengelolaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa setempat yang juga menjadiperpanjangan tangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banjar, Oranje Nassau mulai banyak dikunjungi wisatawan.

Sebelum akhirnya ditetapkan sebagai sebuah destinasi wisata dengan latar belakang sejarah, menguak fakta sejarah di balik puing reruntuhan Oranje Nassau dilakukan. Ekskavasi tahap II dilakukan pada Oktober 2014. Disbudpar Kabupaten Banjar kala itu membentuk tim gabungan yang terdiri  dari Balai Arkeologi (Balar) Banjarmasin, Balai Penelitian Cagar Budaya (BPCB), Pusat Penelitian  dan Pengembangan Cagar Budaya Nasional.

Hasil Ekskavasi tahap II, menurut Nugroho Nur Susanto, Arkeolog pada Balar Banjarmasin dan terlibat dalam proses ekskavasi, tim berhasil menemukan tak kurang dari 60 lubang  angin dan tiga lorong. Nugi, begitu ia akrab disapa, memprediksi masih banyak lagi lubang-lubang angin dan lorong lain, namun sudah tertutup tanah.

Dipaparkannya, Oranje Nassau Pengaron merupakan tambang batubara pertama di Indonesia yang dibangun Belanda pada tahun 1848 dan diresmikan satu tahun setelahnya. Atau 10 tahun lebih dulu sebelum Belanda membangun tambang batubara Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat.

Oranje Nassau Pengaron hanya beroperasi selama 10 tahun, periode 1849 – 1859. Sebanyak 10.000 ton batu bara, berhasil diangkat dari perut bumi per tahunnya dari tambang Oranje Nassau.

Meski tergolong tambang batubara kecil, Oranje Nassau memiliki peran strategis dan penting. Tak sekadar dampak ekonomis tapi juga politis. Karena batubara yang dihasilkan, mampu memenuhi operasional bahan bakar kapal-kapal Belanda bertenaga uap. Tak hanya kapal-kapal dagang, tapi juga kapal-kapal perang yang digunakan Belanda berlayar mengarungi perairan nusantara.

BACA JUGA :
Cara TP PKK Banjar Kurangi TKI Ilegal

Mengingat peran strategis keberadaan Oranje Nassau itulah, Gubernur Jendral Gallois di Batavia mewanti dan mengamanahi Rokussen, gubernur jendral baru yang membawahi wilayah  pantai timur dan selatan Borneo untuk menjaga dan mempertahankan Oranje Nassau.

Gubernur Jendral Gallois, bahkan berkirim surat khusus untuk Rokussen pada 28 September 1849, tepatnya sebelum prosesi peresmian. Dalam suratnya Gallois berpesan, selama kerajaan Banjarmasin menepati janji-janji yang terdapat dalam kontrak dan tidak menghalangi kemajuan pertambangan batu arang (batubara) tersebut, Belanda akan menjalankan politik bersahabat dan melindunginya.

Bahkan, Belanda akan mendukung penuh dan mengangkat kerabat Kesultanan Banjar sebagai raja atau sultan. Dengan kompensasi, seluruh wilayah pertambangan Oranje Nassau diserahkan ke tangan Belanda. “Permintaan itulah yang kemudian disambut Pangeran Tamjidullah II. Meski Sultan Adam telah mewasiatkan Pangeran Hidayatullah sebagai penerus tahta,” kata Nugi. ()

Pematik Perang Banjar

Oranje Nassau merupakan salah satu proyek prestisius yang dibangun Belanda. Meski Tergolong tambang  batu bara kecil, dengan total produksi tak lebih dari 80.000 ton, namun Oranje Nassau memiliki penting dan strategis. Tak hanya ekonomis, tapi juga politis.

Karena alasan itulah, kata Nugroho Nur Susanto, Arkeolog pada balai Arkelogi Banjarmasin, Belanda mati-matian mempertahankannya agar tak jatuh ke tangan rakyat dan para pejuang dari Kesultanan Banjar.

Menurutnya, Pengangkatan Tamjidullah II menjadi Sultan Banjar menggantikan Sultan Adam, dilakukan Belanda sebagai salah satu upaya mengamankan Oranje Nassau. Terlebih lagi, ambisi Tamjidullah II yang menginginkan tahta kerajaan. Meski sebelumnya, Sultan Adam telah berwasiat, Pangeran Hidayatullah sebagai penerusnya.

Meski begitu, perlawanan menentang Belanda terus dilakukan. Utamanya dari kolega kesultanan penentang kolonialisasi, salah satunya adalah Pangeran Antasari. Hingga akhirnya meletuslah perang Banjar pada 1859.

BACA JUGA :
PDAM Intan Banjar Punya ‘Diskon’, Ini Keuntungannya

“Perang Banjar, meletus pertama kali di Oranje Nassau Pengaron dan meluas hingga ke daerah hulu Sungai Barito dan Benteng Tabonio,” kata Nugi, sapaan akrab Nugroho Nur Susanto.

Perjuangan Urang Banjar bersama suku-suku Dayak kala itu berhasil meneggelamkan satu kapal perang Belanda. Sengitnya perlawanan pejuang pada Perang Banjar yang memicu murka Belanda yang berujung pada pembubaran Kesultanan Banjar pada 1860. Aksi bumi hangus dengan mengeboman, dilakukan Belanda pasca pembubaran Kesultanan Banjar, termasuk Oranje Nassau.

Atas pertimbangan nilai sejarah itulah, kata Nugi, tim dari Balai Arkeologi (Balar) Banjarmasin, Balai Penelitian Cagar Budaya (BPCB), Pusat Penelitian  dan Pengembangan Cagar Budaya Nasional, yang diprakarsai dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Kabupaten Banjar melakukan ekskavasi.

Dari ekskavasi yang telah dilakukan, Nugi menaruh harapan besar, Oranje Nassau Pengaron dapat ditetapkan sebagai salah satu kawasan cagar budaya nasional, seperti halnya cagar budaya Ombilin di Sawahlunto.

Menurut Nugi, akan banyak hal positif yang dapat disingkap dan dipelajari dari Oranje Nassau Pengaron. Baik sejarah, ilmu pengetahuan, dan lingkungan. Nilai sejarah misalnya, akan dapat menambah catatan sejarah tak hanya sejarah nasional, tapi juga sejarah lokal.

Bidang ilmu pengetahuan dan lingkungan, dapat diketahui cara penambangan batubara tempo dulu yang masih sangat memperhitungkan keberlangsungan ekosistem sekitar lokasi tambang. Cara penambangan batubara dengan menggali lubang dan terowongan tak akan merusak permukaan atas tanah. Warga masih dapat bercocok tanam apapun termasuk komoditi perkebunan seperti karet. ()

Berita Terbaru

Scroll to Top