Harga Karet di Tingkat Petani Membaik di Tengah Pandemi

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
MENYADAP - Seroang petani karet di Desa Pingaran Ulu, Astambul, Kakabupaten Banjar sedang menyadap karet. di tengah pandemi covid-19 sekarang ini, kenaikan harga sangat menggemberikan petani.

klikkalimantan.com, MARTAPURA – Bertahun-tahun tertahan di kisaran Rp4.000 – Rp5.000, harga karet di tingkat petani mulai membaik. Suyatno, salah seorang petani karet di Desa Pingaran Ulu, Kecamatan Astambul mengatakan, harga jual karet di tingkat petani saat ini Rp7.500 per kilogramnya.

“Alhamdulillah sudah mulai membaik. Mudah-mudahan terus naik, karena bertahun-tahun terakhir harga karet tertahan di harga Rp5.000 – Rp5.500,” kata Suyatno ditemui klikkalimantan.com di kebun karet miliknya, Senin (26/10/2020).

Mulai membaik harga karet dirasa petani sangat menggemberikan. Terlebih di masa sulit imbas pendemi covid-19 sekarang ini. Kenaikan harga karet angin benar-benar segar bagi para petani dengan harapan tak cepat kembali anjlok. Karena menurut Suyatno, pengalaman beberapa tahun silam, kenaikan harga karet merangkak perlahan dengan kenaikan ratusan rupiah. Namun saat turun, harga karet anjlok drastis dengan penurunan harga hingga ribuan rupiah.

“Naiknya perlahan, dari Rp200 – Rp300, seperti sekarang ini. Tapi sekalinya anjlok, penurunan harga ada sering hingga Rp1.000 per kilogramnya,” ujar Suyatno sembari mengingat-ingat kembali fluktuasi harga karet bertahun-tahun silam.

Karenanya ia, juga para petani karet di desanya berharap, harga karet terus membaik. “Sampai di angka Rp9.000 per kilonya sudah sangat bagus. Syukur-syukur sampai Rp10.000 atau lebih seperti awal tahun 2000-an yang mencapai Rp16.000,” imbuhnya.

Dipaparkan pria lebih paruh baya ini, dari sekitar satu hektare kebun karet yang ia sadap, rata-rata dapat dipanen 50 kilogram bahan olahan karet rakyat (bokar) untuk dua kali sadap. “Dua kali sadap. Satu hari sadap, satu hari libur. Jadi 50 kilogram getah itu dalam tiga hari,” kata Suyatno.

Lebih lanjut disampaikan Suyatno, panen getah beku, warga menyebutnya lump di musim pancaroba seperti sekarang ini belum maksimal. Karena umumnya, kuantitas lateks turun di musim kemarau imbas meranggas.

BACA JUGA :
Dishub Gelar Sosialisasi Bersama 30 Orang Pelaku Usaha Perbengkelan

“Untungnya musim kemarau tahun ini terbilang singkat jadi hasil panen lump masih lumayan. Untungnya lagi, harga mulai membaik, semoga terus begini,” kata Suyatno sembari berharap. (to/klik)

Scroll to Top