Klikkalimantan.com, BANJARBARU – Bertani memang sudah identik dengan kehidupan masyarakat perdesaan. Namun sayangnya serbuan masyarakat perkotaan dalam penguasaan lahan menjadi “ancaman” untuk bertahan di sektor pertanian. Begitu juga yang terlihat di Desa Batu Ampar, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru.
Jauh sebelum kawasan Desa Batu Ampar dan sekitarnya dibangun fasilitas transportasi yang mumpuni, aktivitas pertanian begitu dominan terlihat. Namun sepuluh tahun belakangan ini utamanya kanan dan kiri jalan mulus menuju kawasan wisata Desa Kiram sudah sedikit sekali terlihat aktivitas petani yang bertanam palawija. Kalau pun ada pasti didominasi kebun karet yang memang sudah lama ada. Ironisnya, lahan-lahan dan kebun-kebun karet yang ada tersebut sebagian besar kepemilikan lahannya sudah berpindah tangan.
“Untuk bertanam sayur kami lakukan dengan cara meminjam pakai lahan. Terutama lahan-lahan kosong yang tak jauh dari kampung,” ujar Yono, petani setempat kepada Klikkalimantan.com, Minggu, 27 Juni 2021.
Yono tidak sendiri, ada beberapa orang yang melakukan aktivitas serupa. Beruntung para pemilik lahan dengan senang hati meminjamkan lahannya untuk digarap.
“Gratis kok mas. Bahkan para pemilik lahan mengaku sangat senang lahannya digarap. Karena otomatis lahan menjadi produktif dan bebas dari ancaman kebakaran lahan,” katanya.
Ditanya soal keuntungan, Yono dengan mantap mengatakan saat ini bertanam sayur jelas sangat menguntungkan.
“Alhamdulillah, harga sayuran sangat bagus. Selama ini modal selalu tertutupi,” katanya disela-sela aktivitas memeriksa tanaman kacang buncisnya yang baru tumbuh.
Dari pantauan Klikkalimantan.com, di belakang perkampungan terlihat banyak aktivitas pertanian. Para petani memilih komoditas sayur menjadi pilihan utama. Terong, kacang panjang, lombok, kacang buncil menjadi pilihan utama.
Selain itu ada juga yang memilih menanam melon dan semangka di antara tanaman ssayurnya. (kus/klik)