Panglima Perang Bersemboyan ‘Dalas Mayarah Waja Sampai Kaputing’
KLIKKALIMANTAN, Lahir di Martapura pada 1822, Pangeran Hidayatullah menjadi penerus tahta Kesultanan Banjar sesuai wasiat Sultan Adam Al Wasiqubillah, ayah dari Sultan Muda Abdurachman yang tak lain adalah kakeknya.
Berdasarkan surat wasiat itu, Pangeran Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Banjar oleh rakyatnya dengan gelar Al Sultan Hidayatullah Al Wasiqubillah di tahun 1855. Sekitar empat tahun kemudian, Perang Banjar pecah di tahun 1859 karena Belanda dinilai terlalu dalam masuk dan mencampuri urusan kesultanan.
Pangeran Hidayatullah yang saat itu sudah dinobatkan menjadi Sultan Banjar menjadi tokoh utama pengibar bendera perlawanan terhadap kolonial Belanda dengan semboyan ‘Dalas Mayarah Waja Sampai Kaputing’. Api perjuangan rakyat Banjar di bawah komando Pangeran Hidayatullah berkobar dengan medan pertempuran yang sangat luas, dari Martapura hingga wilayah Banua Lima dan Tanah Dusun.
Perlawanan Pangeran Hidayatullah bersama rakyatnya yang diawali dengan penyerangan tambang batubara Oranje Nassau di Pengaron, membuat Belanda keteteran hingga harus menurunkan banyak pasukan untuk menangkap hidup atau mati Pangeran Hidayatullah. Hingga pada akhirnya di tahun 1960, Belanda mengeluarkan keputusan penghapusan Kesultanan Banjar.
Tak berhasil menangkap Pangeran Hidayatullah di medan peperangan, Belanda menemukan akan liciknya dengan menyandera ibunda Pangeran Hidyatullah, Ratu Siti. Mendengar kabar itu, Pangeran Hidyatulah turun dari Gunung Pamaton yang kala itu menjadi benteng pertahanan.
Saat ingin menemui Ratu Siti itulah, Pangeran Hidayatulah berhasil disergap. Bersama Ratu Siti dan beberapa pejuang yang lain, Pangeran Hidayatullah lantas dibawa ke Batavia dan diasingkan di Cianjur, Jawa Barat pada tahun 1862.
“Termasuk Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti, ada sekitar 67 orang yang diasingkan di Cianjur. Hingga sekarang, keturunan Pangeran Hidayatullah di Cianjur dipastikan sudah lebih ribuan orang,” kata Pangeran Yusuf, keturunan keempat Pangeran Hidayatullah saat ditemui di Cianjur, Jawa Barat..
Di Cianjur, Pangeran Hidayatullah bersama para keturunannya tinggal di sebuah tempat yang kemudian dinamakan Kampung Banjar, kini masuk wilayah Kelurahan Sawah Gede. Beliau terus menyebarkan Islam, ilmu yang didapatnya saat belajar dengan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, atau lebih dikenal Datu Kalampayan hingga tutup usia di tahun 1904.
Karena kegigihannya melawan Belanda saat berlangsungnya Perang Banjar, Pangeran Hidayatullah dianugerahi Bintang Kenegaraan oleh Pemerintah RI di tahun 1999. Bentuk penghargaan lain atas jasa-jasanya, termasuk penyebaran ajaran Islam di Cianjur, nama Pangeran Hidayatullah digunakan sebagai nama jalan di Kelurahan Sawah Gede, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur. (to/klik/bersambung)