klikkalimantan.com, MARTAPURA – Tingginya intensitas curah hujan yang mengguyur sejak awal tahun ini menyebabkan sejumlah infrastruktur dan fasilitas umum tak terkecuali bangunan sekolah di wilayah Kabupaten Banjar terendam banjir, seperti bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gambut 9, Jalan Selokan Raya RT 13B, Kelurahan Gambut, Kecamatan Gambut.
Sepekan didera bencana banjir, aktivitas belajar mengajar di SDN Gambut 9, Jalan Selokan Raya RT 13B pun terpaksa menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk sementara waktu guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Terlebih, teras dan titian dari kontruksi kayu ulin sebagai akses utama menuju ruang kelas dan ruang guru sudah banyak terlepas akibat terlalu lama terendam air banjir dengan ketinggian air sekitar 30 Cm. Bahkan, tak jarang para siswa terperosok dan terpeleset akibat kondisi teras dan titian terlalu licin untuk dipijak.
Tak hanya itu, kondisi dinding penyekat ruang kelas berbahan kayu yang nampak lapuk dan berlubang hingga ada yang terlepas diterjang banjir juga menjadi bahan pertimbangan satuan pendidikan untuk menerapkan sistem belajar mengajar secara dalam jaringan (daring/online). Sebab dikhawatirkan binatang melata, khususnya yang berbisa masuk ke ruang kelas waktu jam belajar.
“Dari total delapan ruang kelas yang terendam banjir, empat kelas yang terendam banjir lebih parah dengan ketinggian air sekitar 5 Cm, yakni ruang kelas 1A, 1B, kelas 2, dan kelas 3A. Sedangkan untuk ruang guru dan Kepala Sekolah (Kepsek) serta perpustakaan masih aman karena posisi lantai lebih tinggi dari ruang kelas sehingga tidak digenangi air banjir,” ujar Kepala SDN Gambut 9 Hj Rumisih pada Kamis (23/1/2025).
Rumisih juga memastikan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka akan kembali digelar setelah ketinggian air yang menggenangi ruang kelas turun atau surut.
“Selain pada tahun ini air banjir sampai merendam seluruh ruang kelas. Kejadian serupa juga pernah terjadi saat bencana banjir besar yang terjadi pada 2021 lalu. Makanya kami melakukan pengurukan tanah pada halaman sekolah untuk mengurangi kedalaman air banjir,” ucapnya.
Selain dinding bangunan sekolah dengan kontruksi kayu yang sudah nampak lapuk, bagian plafon berbahan triplek baik di luar dan di dalam ruang kelas, serta rangka atap atau kasau juga sudah banyak yang rusak termakan usia, yang tentunya dikhawatirkan ambruk dan menimpa para siswa atau tenaga pendidik.
“Saya akhir 2021 mulai bertugas di sekolah ini, kalau tidak salah kegiatan rehabilitasi pernah dilaksanakan pada 2023 lalu, yakni melakukan peninggian lantai ruang kelas. Pada pertengahan 2024 atau sekitar Juni kami sudah mengajukan proposal perbaikan, dan saat ini kami masih menunggu jawaban dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar,” tuturnya.(zai/klik)