klikkalimantan.com – Tinggi kandungan bakteri Escherichia coli (E-coli), menjadi alasan utama dilaksanakannya program penghapusan jamban apung di bantaran Sungai Martapura oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar sejak 2017. Targetnya, 1.000 jamban apung hilang dari bantaran sungai di lima tahun masa kepemimpinan Bupati H Khalilurrahman bersama wakilnya, H Saidi Mansyur.
Namun nyatanya, penghapusan jamban apung yang dilaksanakan Bidang Cipta Karya pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) ini, belum signifikan menurunkan kandungan bakteri yang penyebab utamanya tinja.
Berdasarkan hasil uji sampel air yang diambil dari sejumlah lokasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banjar, kandungan E-coli air Sungai Martapura masih di atas ambang batas baku mutu.
Periode Januari – April 2019, hasil uji air sungai yang diambil dari dua lokasi berbeda; Desa Pingaran Ulu di Kecamatan Astambul total coliform dalam air 18.744 per mili liter dengan rata-rata kandungan colitinja 10.744. Lebih tinggi lagi sampel air sungai dari Desa Lok Baintan di Kecamatan Sungai Tabuk sebanyak 26.969 untuk total coliform dan 4.669 colitinja.
Begitu pun hasil uji sampel air periode Mei – Juli, kandungan e-coli masih di atas ambang baku mutu kendati lokasi pengambilan air diubah ke titik yang menjadi fokus program penghapusan jamban apung, yakni di Desa Pekauman Ulu dan Desa Sungai Rangas Tengah.
Di Desa Pekauman Ulu, total coliform 10.433 dan colitinja 7.233. Sedangkan di Desa Sungai Rangas Tengah, total coliform 16.666 dan colitinja 12.966.
“Dibandingkan dengan hasil uji sampel air di lokasi bukan penghapusan jamban apung, ada penurunan. Meski masih di atas ambang baku mutu air bersih untuk konsumsi. Tapi untuk keperluan mandi dan cuci masih aman,” kata Aina, Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Pencemaran pada Dinas LH Kabupaten Banjar, Selasa pekan kemarin.
Belum signifikan mengurangi kandungan e- coli diakui Kepala Bidang Ciptakarya pada Dinas PUPR, Irwanjaya. Menurutnya, target program penghapusan jamban masih sebagian kecilnya dibanding jumlah keseluruhan jamban di sepanjang bantaran Sungai Martapura yang jumlahnya mencapai 9.000 jamban apung.
“Targetnya 1.000 jamban apung dihapuskan dalam lima tahun. Sampai saat ini sudah terealisasi 622 jamban,” kata Irwan, Senin (23/9/2019).
Mengangkat jamban apung dari bantaran sungai yang notabene menjadi kebiasaan warga turun temurun, dan menggantinya dengan toilet pesonal diakui Irwan bukan perkara mudah. Terlebih lagi, satu jamban apung umumnya digunakan 5 – 10 kepala keluarga.
Mengangkat satu jamban apung, taktis harus disiapkan 5 – 10 wc personal. Yang anggarannya kolaborasi antara APBD dan Dana Desa. “Pemerintah daerah menyiapkan septik tanknya, desa menyiapkan bilik WC nya,” kata Irwan. (to/klik)