Undang Warga Kecamatan Aranio, Karang Intan, Pengaron dan Kecamatan Sungai Pinang
KLIKKALIMANTAN.COM – Bulan Safar merupakan bulan yang istimewa bagi masyarakat Desa Rantau Balai, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Karena di bulan ini mereka selalu menggelar ritual haul Syekh Zalaluddin atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Qobul.
“Teristimewa, haul pada tahun ini kami mengundang masyarakat luas. Undangan sudah kami sampaikan di empat kecamatan, yakni Kecamatan Aranio, Karang Intan, Pengaron dan Kecamatan Sungai Pinang,” ungkap tokoh masyarakat setempat Kai Basuni yang didampingi Keua DPD Ratau Balau Ahmad Dauli, Rabu (17/10/2018) sore.
Haulnya sendiri akan dilaksanakan Minggu (21/10/2018). Pusat haul dilaksanakan di kawasan Makam Syekh Zalaluddin.
“Persiapan terus dilakukan. Istilah kami Gawi Sabumi. Dari urusan komsumsi hingga tenda-tenda untuk jamaah dikerjakan secara gotong royong, terutama oleh warga Desa Rantau Balai dan Desa Rantau Bujur,” katanya.
Syekh Zalaluddin bin Syekh Abubakar atau lebih dikenal dengan gelar Datu Qobul bagi masyarakat yang berhuni di kawasan Waduk Riam Kanan Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar paparnya, sangat dimuliakan. Hal itu tidak terlepas dari sejarah perkembangan Agama Islam di wilayah Riam Kanan yang konon disebut wilayah pegunungan beratus.
“Dari cerita para orang tua secara turun temurun, kedatangan Syekh Zalaluddin ratusan tahun silam itu tidak terlepas dari penyebaran agama Islam itu sendiri. Pusatnya ya di Rantau Balai ini dimana Datu Qobul bermukim,” ujarnya.
Dengan mimik sangat serius, Kai Basuni yang juga tetua kampung ini mengisahkan jika Rantau Balai merupakan pusat peradaban Suku Dayak di kawasan pegunungan beratus (kini tenggelam dan menjadi Waduk Riam Kanan) yang dididirikan Tumenggung Gemar.
“Tumenggung Gemar juga lah yang disebutkan memeluk agama Islam untuk pertamakalinya,” ujar Dauli menambahkan.
Sejak itulah, sebutnya, Agama Islam terus berkembang di wilayah pesisir-pesisir sungai kawasan Riam Kanan.
Di bagian lain, Ahmad Dauli mengisahkan jika Desa Rantau Balai itu sendiri bearti balai adat yang berada di pinggir sungai. Dalam hal ini pinggir Sungai Pau. Tetapi pada tahun 1971 silam posisi perkampung bergeser ke lokasi yang lebih tinggi akibat pembangunan Waduk Riam Kanan.
“Rantau itu artinya sungai dengan arus biasa. Nah kalau yang arusnya kuat biasa disebut riam sedangkan istilah mandin digunakan untuk menyebut air terjun,” ungkapnya.
Di wilayah Desa Rantau Balai sendiri banyak terdapat mandin yang memiliki keindahan alam luar biasa. Diantaranya yang kerap dikunjungi masyarakat luar adalah Mandin Lima dan Mandin Hain.(safar/klik)