klikkalimantan.com – Meski menjadi kuliner khas, sekaligus ikon daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan, Ketupat Kandangan selama ini dinilai minim inovasi.
Ikan gabus, warga setempat menyebutnya haruan, menjadi pakem monoton lauk dalam sajian Ketupat Kandangan. “Sebagai kuliner khas daerah, Ketupat Kandangan mestinya bisa dikonsumsi siapa saja. Dan tidak semua orang suka ikan haruan. Utamanya tamu dari pulau Jawa,” kata Sumarsono, Kepala Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil dan Perindustrian Kabupaten HSS ditemui awal pekan ini.
Karena itu menurut Sumarsono, pihaknya akan terus mendorong para pemilik warung dan rumah makan penyaji Ketupat Kandangan untuk berinovasi; lauk, cita rasa, penyajian, hingga penataan warung dan rumah makan sesuai kearifan lokal Bumi Antaludin.
“Sebagai contoh, saat ini di Kecamatan Simpur terdapat warung Ketupat Kandangan yang menyediakan varian lauk burung puyuh. Ini tentu merupakan hal yang patut dicontoh,” imbuhnya.
Upaya mendorong terciptanya kreasi dan inovasi pada sajian Ketupat Kandang pun sudah disiapkan. Menurut Sumarsono, sejumlah kegiatan berupa pelatihan dan lomba melibatkan pedagang dan pelaku usaha Ketupat Kandangan akan dilaksanakan di 2020.
Disebutkan Sumarsono, sedikitnya ada 100 warung dan rumah makan di Kabupaten HSS telah terdata untuk diikutsertakan dalam pelatihan.
“Untuk pembimbing pelatihan, selain dari kabupaten, juga akan mendatangkan chef nasional. Namun, saat ini kami masih belum menentukan siapa yang akan didatangkan untuk menjadi pembimbing pelatihan.” jelasnya.
Sedangkan untuk lomba kreasi Ketupat Kandangan, imbuhnya, akan diadakan di pertengahan tahun, berbarengan dengan peringatan Hari Koperasi Nasional, 12 Juli 2020. (mif/klik)