Pembelajaran Daring Tingkatkan Kompetensi Guru di Kabupaten  Banjar

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Maidi Armansyah, Kepala Disdik Kabupaten Banjar

klikkalimantan.com – Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Martapura pada 15 – 16 Juni 2020 belum lama tadi menggelar pelatihan ‘In House Training’ atau pembelajaran daring (secara online) untuk para guru. Pelatihan sebagai salah satu upaya menyokong program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI yang kembali memperpanjang masa belajar dari rumah (BDR) di tengah pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) di Kabupaten Banjar.

Menanggapi Ikhwal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Banjar, Maidi Armansyah, pun memberikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap upaya yang telah dilakukan SMP Negeri 1 Martapura. Mengingat, berdasarkan pengumuman Kemendikbud RI beberapa waktu lalu penyelenggaraan pembelajaran untuk satuan pendidikan yang berada di zona kuning, orange, dan zona merah baru akan dibuka setelah bebas covid-19 atau menjadi zona hijau.

“Tapi, tetap menerapkan prosedur dan persyaratan yang berlapis. Jadi, pembelajaran daring, utamanya di wilayah perkotaan sangat diperlukan,” ujar Maidi, Rabu (17/6/2020).

Tak hanya itu, dipaparkan Maidi, selain meningkatkan kemampuan siswa, pembelajaran daring juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kompetensi guru-guru yang mengajar, baik dari sisi kurikulum, metode, materi pembelajaran dan lain sebagainya.

“Karena itu para guru juga harus melakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi mereka saat melaksanakan pembelajaran baik melalui daring maupun luar jaringan (luring),” ucapnya.

Dikatakan Maidi, kendati pelatihan pembelajaran daring untuk meningkatan kompetensi guru ditingkat sekolah baru kali pertama terlaksana. Namun, secara meluas di Kabupaten Banjar PGRI, dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGP) sudah melaksanakan pelatihan secara virtual guna meningkatkan kompetensi guru dalam pelaksanaan pembelajaran, baik dengan metode daring dan luring.

“Tinggal kreativitas gurunya untuk mencari referensi pembelajaran apa yang dapat meningkatkan kompetensi mereka baik dari sisi metodenya, maupun dari sisi konten kurikulumnya,” tuturnya.

Maidi pun mengakui, kendati PGRI dan MGP sudah melaksanakan pelatihan pembelajaran secara virtual guna meningkatkan kompetensi. Namun, sekolah yang bisa melaksanakan pembelajaran secara daring hanya sekitar 20-25 persen saja.

“Bahkan, sekolah yang berada diwilayah perkotaan dan notabene dapat melaksanakan pembelajaran daring karena secara infrastruktur didukung jaringan pun masih ada yang tidak dapat melaksanakan, lantaran keterbatasan kemampuan orang tua siswa baik dari segi ekonomi, teknologi, dan dari sisi pemahaman terhadap metode pembelajaran daring. Akhirnya, metode Kuring juga yang akan dilaksanakan. Jadi, titik fokus kurikulum kita masih luring,” akunya.

Sementara untuk Sekolah Dasar (SD) tingkat rendah yakni, kelas 1, 2, dan kelas 3, tambah Maidi, untuk penerapan pembelajaran secara daring masih dipertimbangkan. Mengingat, secara tatap muka saja masih belum maksimal.

“Kami sudah asistensi, komunikasikan dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), dan perwakilan kementerian dalam rangka menjamin mutu kurikulum nantinya seperti apa? Mengingat kelas rendah sangat memerlukan keterlibatan orang tua siswa. Kami pun sudah menyusun tim yang bisa mencarikan referensi dan mencari komunikasi,” tutupnya. (zai/klik)