klikkalimantan.com – Es batu serpih (ice flake) untuk menjaga kesegaran ikan, salah satu permasalahan dihadapi para pebudidaya ikan patin di Cindai Alus, Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Utamanya saat pengiriman ikan ke luar daerah dengan waktu tempuh lama.
Menurut H Suhadi, pebudidaya ikan patin yang juga Ketua Koperasi Indonesia Patin (Indopat) Borneo di Cindai Alus, untuk mendapatkan es batu serpih, pebudidaya, juga pembeli ikan patin yang dari luar daerah mesti ke Banjarmasin terlebih dulu untuk membeli es batu serpih.
“Pembeli yang datang dari sejumlah daerah di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, terlebih dulu harus ke Banjarmasin. Proses yang mestinya selesai satu hari, menjadi dua hari. Karena beli ikannya di sini, tapi es serpihnya ke Banjarmasin,” kata Suhadi, ditemui klikkalimantan.com di Kantor Sekretariat Koperasi Indopar Borneo di Jalan Irigasi Riam Kanan II, Rabu (27/11/2019).
Permasalahan yang di satu sisi sebuah peluang usaha baru di tengah besar potensi perikanan di Cindai Alus yang terkenal sebagai sentra penghasil ikan patin di Kabupaten Banjar. Namun dengan keterbatasan modal, peluang usaha tersebut selama ini belum dapat dikelola.
“Karena dengan hanya mengandalkan modal dari setoran awal anggota Rp1 juta dan iuran bulanan Rp50 ribu per anggota, tidak akan mencukupi. Padahal, ketersediaan es batu serpih menjadi peluang usaha yang dapat dikelola koperasi,” kata Suhadi.
Beruntung, di tengah permasalahan itu pemerintah daerah hadir. Karena tahun ini, Koperasi Indopat Borneo dibantu mesin pembuat es batu serpih, hibah dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI. Dengan kapasitas produksi 500 ton per hari, ketersediaan es batu serpih sedikit teratasi.
“Hari ini kami uji operasional mesin. Dengan kapasitas 500 ton, per hari memang masih sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan es batu serpih yang luar biasa banyak. Tapi dengan adanya bantuan ini kami sudah sangat bersyukur. Karena dari hasil penjualan es batu serpih nantinya juga untuk kesejahteraan anggota di koperasi,” kata Suhadi.
Diceritakan Suhadi yang saat ini juga menjabat Ketua Asosiasi Pebudidaya Catfish Indoensia (APCI), awalnya permasalahan es batu serpih ini disampaikannya ke pihak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kabupaten Banjar yang saat ini dikomando Mada Taruna sebagai kepala dinas. Karena di sisi berbeda, ketersediaan es batu serpih sebuah peluang usaha yang dapat dikelola Koperasi Indopat Borneo yang bergerak di bidang produksi perikanan.
“Alhamdulillah ada jalannya. Berkat koordinasi dengan Dinas Koperasi dan UMKM itu kami dibantu mesin pembuat es batu serpih hibah kementerian melalui Dinas Perikanan Kabupaten Banjar,” kata Suhadi menyebutkan jumlah anggota Koperasi Indopat Borneo saat ini sebanyak 60 orang yang seluruhnya berprofesi sebagai pebudidaya ikan patin.
Mada Teruna yang juga hadir saar uji coba operasional mesin pembuat es batu serpih mengatakan, membeli es batu serpih di Banjarmasin, sebuah permasalahan yang harus diatasi dengan campur tangan pemerintah daerah. Terlebih lagi, ada potensi peluang usaha yang dapat dikelola pebudidaya ikan melalui koperasi.
“Mendengar permasalahan yang disampaikan Pak Suhadi dan pebudidaya ikan yang tergabung di Koperasi Indopat Borneo itu, kami di Dinas Koperasi dan UMKM berupaya mencarikan solusinya. Dan ternyata ada peluang bantuan melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan yang saat itu menterinya Ibu Susi,” kata Mada Teruna.
Bertemu Susi Pujiastuti di KKP RI dengan kabar baik adanya peluang batuan hibah mesin pembuat es serpih, Mada lantas menginstruksi pengelola koperasi membuat proposal bantuan yang selanjutnya menjadi kewenangan Dinas Perikanan Kabupaten Banjar.
“Alhamdulillah terealisasi yang alatnya hari ini sudah mulai uji coba operasional mesin. Selain mesin pembuat es serpih, koperasi juga mendapat bantuan satu unit mobil berpendingin yang informasinya akan datang Desember nanti. Semoga keberadaannya bermanfaat dan meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi,” kata Mada Teruna.
Dikatakan Mada, bantuan yang diterima Koperasi Indopat Borneo, bentuk kehadiran pemerintah, daerah maupun pusat di tengah-tengah warganya yang memang memiliki komitmen kuat dan keseriusan melakoni sebuah bidang usaha.
Senada Mada, Anas Noorfirdaus, Kepala Seksi (Kasi) Usaha dan Investasi yang hadir saat uji coba operasional mesin mewakili Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banjar, Reza Dauly mengatakan, bantuan mesin pembuat es batu serpih diharapkan kian memajukan produksi perikanan di Cindai Alus yang memang terkenal sebagai kawasan minapolitan penghasil ikan patin di Kabupaten Banjar.
“Selanjutnya, sesuai tupoksi kami di Dinas Perikanan akan melakukan monitoring operasional mesin yang dilakukan pihak koperasi. Diharapkan, dari produksi dna penjualan es batu serpih ini akan meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi,” kata Anas pada uji coba mesin yang juga dihadiri perwakilan dari Dirjen Peningkatan Daya Saing pada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. (to/klik)