Klikkalimantan.com, BANJARMASIN – Rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) bagi siswa SMP se-Kota Banjarmasin yang mulanya direncanakan tanggal 11 Januari 2021, akhirnya ditunda.
Langkah ini diambil Pemko Banjarmasin, mengingat situasi penyebaran virus Covid-19 secara nasional belum stabil.
Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina usai rapat koordinasi bersama seluruh unsur terkait dalam penanganan Covid-19 menegaskan, pembelajaran tatap muka untuk sementara waktu ditunda dan akan diberlakukan dengan melihat perkembangan hasil status PSBB nasional, Jawa – Bali sampai tanggal 25 Januari.
“Kebijakan kami menunda dulu, yang harusnya tanggal 11 ini mulai start PTM di tingkat SMP, dan dari tanggal 18 Januari mulai simulask PTM di tingkat SD kelas 4,5,6, kita tunda dulu, karena situasi Nasional. Jadi ditunda sampai selesainya PSBB nasional (Jawa – Bali), itu sampai tanggal 25 Januari,” ucapnya.
Selain melihat perkembangan penyebaran virus Coviud-19, lanjut H Ibnu Sina, pemberlakuan pembelajaran tatap muka nanti juga akan melihat kesiapan sekolah dan para tenaga pendidiknya. Nantinya, pembelajaran tatap muka tetap akan dilakukan.
Namun bagi orangtua siswa yang masih mengkhawatirkan status perkembangan penyebaran virus Covid-19, mereka bisa melapor, kemudian mengisi formulir tidak mengikuti pembelajaran tatap muka. Tapi akan mengikutinya melalui Online.
“Jadi silakan, ada jamnya khususnya. Jadi kalau orangtuanya khawatir, ya silahkan, tidak ada kewajiban. Tetapi pemerintah tetap harus memberikan informasi yang valid. Kemudian informasi yang menyeluruh terkait dengan semua aspek, supaya orangtua juga memikirkan nasib anak-anak mereka,” katanya.
Rencana dibukanya kembali pembelajaran tatap muka pada tanggal 11 Januari itu, jelas Ibnu Sina, berdasarkan SK 4 Menteri yang memberikan kewenangan bagi kepala daerah untuk mengambil kebijakan sendiri terkait PTM.
Nah, berdasarkan hasil riset disandingkan dengan data-data valid yang bisa dipertanggungjawabkan, yang bertujuan agar tidak terjadi lost learning yang berujung pada lost generation, kegagalan sebuah generasi karena tidak belajar.
“Faktanya, boleh saja kita mengatakan pembelajaran secara daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), tapi hasil penelitiannya menyatakan hanya 50 persen dari peserta didik yang mengikuti pembelajaran daring. Lalu 50 persenya lagi ke mana, mereka tidak belajar disebabkan tidak mempunyai handphone, tidak ada kuota, tidak ada fasilitas, dan sebagainya. Jadi yang 50 persen ini juga harus dipikirkan. Kita tidak ingin terjadi lost learning yang berujung pada lost generation, kegagalan sebuah generasi karena tidak belajar ” timpalnya.
Hal lain yang menjadi pertimbangan Pemko Banjarmasin untuk memberlakukan pembelajaran tatap muka, lantaran adanya laporan peningkatan tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan yang terjadi di Kota Banjarmasin. Selain itu terjadi eksploitasi terhadap anak dengan cara mempekerjakan mereka menjadi badut, pengemis, tukang parkir, serta pengamen, juga terjadi peningkatan.
“Nah ini yang jadi perhatian. Makanya dalam simulasi pembelajaran tatap muka, 82 persen orangtua setuju PTM. Kemudian dalam pelaksanaannya, 70 persen orangtua setuju anak-anaknya belajar tatap muka. Karena apa, karena persoalan di rumah juga sama,” timpalnya lagi. (sin/klik)