klikkalimantan.com, MARTAPURA – Menanggapi terkait peristiwa ambruknya beberapa unit rumah warga Desa Lok Tunggul dan Desa Benteng, Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar pada 16 Januari lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjar masih tunggu Status Tanggap Darurat berakhir.
Demikian dikatakan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Banjar, Yayan Darlianto, ketika dikonfirmasi klikkalimantan.com, Rabu (18/1/2021) sekitar pukul 15.30 Wita.
“Penghitungan kerugian akibat bencana banjir ini, baru akan dilakukan pasca bencana. Jadi, kalau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar ingin menangani permasalahan tersebut, baik yang ditangani sendiri atau meminta bantuan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel) dan melalui pemerintah pusat, maka harus melalui proses kajian kebutuhan pasca bencana yang selanjutnya dilakukan inventaris bersama instansi terkait lainnya,” ujar Yayan Darlianto, didampingi Sekretaris BPBD Kabupaten Banjar, Azhar Alamsyah.
Yayan Darlianto menjelaskan, kerusakan yang disebabkan bencana alam dampaknya bermacam-macam. Misalnya terhadap fasilitas umum seperti bangunan mushala, jalan, jembatan, sekolah, puskesmas, hingga rumah warga.
“Jadi, pada saat Status Tanggap Darurat yang dapat dilakukan pembaharuan segera adalah kerusakan sarana dan prasarana yang cukup fatal, hingga mengakibatkan kerugian besar. Salah satunya akses jembatan penghubung yang ambrol dan harus segera dilakukan perbaikan. Karena putus, tentunya berdampak besar bagi perekonomian masyarakat, sehingga harus dilakukan penanganan darurat,” bebernya.
Penanganan darurat itupun, papar Yayan Darlianto, biasanya menggunakan dana pusat. Mengingat, terkait kerusakan fatal yang diakibatkan bencana, Pemkab Banjar tidak menganggarkannya.
“Untuk kegiatan rutin saja anggaran kadang tidak mencukupi. Jadi, saat ini anggaran yang ada hanya fokus pada kegiatan operasional seperti penyelamatan dan logistik, itu pun masih kekurangan. Sedangkan untuk kerugian akibat bencana, laporan sementaranya masih kita proses. Setelah masuk pada tahap pemulihan, baru kita bersama instansi terkait melakukan kajian kerugian, dengan melakukan klasifikasi penghitungan tempat prasarana yang rusak hingga didapati angka total kerugian,” jelasnya.
Dikatakan Yayan Darlianto, terkait beberapa unit rumah yang ambruk di dua desa di Kecamatan Pengaron, pihaknya saat ini hanya mengumpulkan data yang masuk secara berjenjang. Mengingat, belum ada eksekusi khusus untuk menangani permasalahan tersebut.
“Jadi, bagi warga yang rumahnya rusak atau ambruk akibat terdampak bencana banjir, sementara ini hanya diamankan di tempat pengungsian terdekat,” ucapnya.
Perlu diketahui, seperti diberitakan klikkalimantan.com sebelumnya, terdata 2 unit rumah warga di RT 02, Desa Lok Tunggul yang luluh lantah akibat diterjang air banjir pada, 16 Januari 2021 lalu, sekitar pukul 14.00 Wita.
Peristiwa serupa pun juga terjadi di RT 03, Desa Benteng yang menghancurkan 1 unit rumah warga yang ambruk total, 2 unit rumah lainnya ambruk pada bagian dapur. Sedangkan, untuk 2 unit rumah sisanya masih dilakukan pendataan untuk menghitung kerusakan.(Zai/klik)