klikkalimantan.com, MARTAPURA – Warga terdampak banjir Kabupaten Banjar yang hingga saat ini masih bertahan di pengungsian, umumnya terserang penyakit ‘Balancat’, dan kesulitan mendapatkan obatnya.
Di sisi lain, pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar mengaku telah menyalurkan sebanyak 42.000 obat salep untuk masyarakat korban banjir yang terserang penyakit kutu air (belancat) tersebut.
Fakta tersebut dilontarkan Kepala Dinkes Kabupaten Banjar, dr Diaduddin, ketika dikonfirmasi klikkalimantan.com, Senin (25/1/2021) kemarin.
“Ketersediaan obat salep untuk masyarakat yang terserang penyakit kutu air dampak bencana banjir, saat ini stoknya nol (kosong). Tapi, hari ini kita akan mengambil sebanyak 4.000 salep berukuran besar yang nantinya akan kita bagi 3, sebelum disalurkan ke masyarakat. Dengan begitu obat salep saat disalurkan dapat diterima sebanyak 12.000 orang masyarakat yang menderita penyakit kutu air akibat jamur,” ujarnya.
Kapala Dinkes Banjar yang akrab disapa Dokter ini pun menambahkan, meskipun ketersediaan salep untuk penyakit kutu air atau yang lebih dikenal masyarakat Banjar dengan sebutan penyakit ‘Balancat’ selalu dibagikan kepada masyarakat, namun selama masyarakat masih beraktivitas di lingkungannya yang terendam banjir, tentu proses kesembuhannya sangat lamban. Terkecuali bagi mereka yang berada di pengungsian jauh dari air banjir.
“Meskipun warga sudah mendapatkan salep, namun selama mereka berendam di air banjir, gatal-gatal yang disebabkan jamur yang menyerang pada bagian kulit kaki akan kembali. Karena kondisi kulit masih lembab. Jadi, berapa pun salep kita bagikan, pasti habis,” bebernya.
Dokter Dia memaparkan, agar penyaluran obat salep tidak terjadi tumpang tindih dengan bantuan salep yang juga turut serta disalurkan para relawan, pihaknya jauh hari sudah mendirikan Posko Kesehatan di teras kantor Dinkes Kabupaten Banjar.
“Jadi, bagi relawan kesehatan yang juga turut berperan serta pada penanggulangan bencana banjir, kami sarankan ke Posko untuk berkoordinasi. Dengan begitu obat salep yang disalurkan tepat sasaran, dan tidak terjadi tumpang tindih,” ucapnya.
Dokter Dia memastikan, pasca bencana banjir nanti, petugas kesehatan akan menjadi second line pada penanggulangan pasca banjir.
“Jadi, teman-teman kesehatan akan lebih terlihat trend-nya nanti pasca banjir. Pasca banjir nanti, karena terlalu lama berendam dan berada di pengungsian, kemungkinan banyak masyarakat kita yang jatuh sakit. Selama ini kan orang lebih mementingkan kebutuhan dasar, seperti makan dan minum, serta tempat tidur,” katanya.
Berdasarkan data pada Dinkes Kabupaten Banjar, hingga saat ini tercatat sebanyak 800 lebih pengungsi yang sakit, dan 3 orang menderita diare, 2 orang terserang asma, 5 orang hipertensi, 4 orang terserang maag, serta 1 orang menderita gejala struk terpaksa diopname di rumah sakit terdekat.
“Kalau terdata semuanya, mungkin jumlah masyarakat yang tahu sakit saat ini bisa berjumlah 5 kali lipat dari data tersebut. Dari sejumlah penyakit yang menyerang, kasus terbanyak yang diderita masyarakat yakni penyakit kutu air. Berdasarkan data pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Zalecha Martapura, saat ini didapati sebanyak 15 orang telah dirawat secara gratis,” pungkasnya.(Zai/klik)