“Om tagur ulun bila ulun salah (Om tegur saya jika saya salah)”
Kalimat ini saya dengar berulang kali dari mulut Aditya Mufti Ariffin di hadapan sejumlah pejabat Pemkot Banjarbaru, dalam beberapa kesempatan santai bersama. Kalimat bernada datar namun penuh makna itu seolah menjadi penutup dalam sejumlah pertemuan.
Nama Aditya Mufti Ariffin atau lebih dikenal dengan panggilan Opie, kini tengah menjadi perbincangan masyarakat Kota Banjarbaru. Wajar karena suami Vivi Zubedi ini sejak 26 Februari 2020 telah resmi menjadi Walikota Banjarbaru.
Lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 21 Maret 1984, Opie berpasangan dengan Wartono, pada 9 Desember 2020 lalu berhasil mengguli perolehan suara pada perebutan kursi Walikota Banjarbaru, mengalahkan dua pasang kandidat lainnya. Sejak itu, nama politisi PPP yang sebelumnya malang melintang di panggung politik nasional, menarik perhatian warga kota yang baru berusia 22 tahun ini.
Muda, santun dan selalu tampil santai lelaki yang sejak muda sudah akrab dengan kalangan birokrasi ini. Maklum karena Opie merupakan anak ke dua dari pasangan Rudy Ariffin _ Hayatun Fardah. Rudy Ariffin sendiri merupakan Bupati Banjar satu periode dan Gubernur Kalsel selama dua periode.
Seperti halnya anak-anak pejabat, Opie seharusnya sangat mudah untuk mendapatkan berbagai fasilitas dan berfoya. Tetapi yang terjadi, dia hidup sebagaimana anak-anak remaja kebanyakan.
Sama sekali tidak terdengar tingkah laku yang bisa mempermalukan orang tuanya. Menjalani kehidupan normal, siapa sangka begitu menyelesaikan pendidikan S1di Malang, Jatim, sang ayah kala itu masih menjabat Gubernur Kalsel, telah mempersiapkan jalan politiknya.
Hasilnya, Ia berhasil menjadi anggota DPR-RI termuda yang duduk di kursi DPR-RI Komisi III wakil dari daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Selatan II, dengan mengantongi 30.318 suara dalam Pemilu Legislatif 2009.
Itulah sekilas gambaran sosok muda yang kini menjadi harapan warga Kota Banjarbaru untuk menahkodai daerah pemekaran dari Kabupaten Banjar ini semaju-majunya.
Harapan warga Kota Banjarbaru ternyata bersambut tangan dengan keinginan Opie sendiri. Kalimat ingin membawa Banjarbaru semaju-majunya kerap kali ditegaskannya sebelum resmi dilantik saat berntai menikmati teh di malam hari.
Dalam lima kali kesempatan minum teh bersama Yani Makie, Kadishub Banjarbaru, Sirajoni Kadis LH Banjarbaru dan AS Nizami Sekretaris Dishub Banjarbaru, Opie terlihat begitu santun.
Pertanyaaan-pertanyaan sederhana berkaitan dengan birokrasi dan berbagai persoalan kerap kali disodorkannya dengan gaya sangat santai.
Santai tetapi serius dan diselingi dengan guyonan bahkan saling buly, obralan yang seharusnya sangat serius pun menjadi nyaman untuk disimak. Nyaris tidak ada pembeda diantara mereka.
Sirajoni yang dikenal sebagai pejabat berpenampilan kaku ini pun kerap kali terbahak dibuatnya.
Sebaliknya, tat kala para pejabat tersebut memaparkan jawaban sesuai yang ditanyakan, Opie terlihat serius mendengarkannya. Pertanyaan-pertanyaan teknis kerap dilontarkannya dan membuat si pejabat harus memeras memori untuk menjawabnya. Namun begitulah Opie, sosoknya benar-benar sangat dominan dalam membawa suasana di atas meja yang dipenuhi gelas berisi air teh dan kopi.
“Om tagur ulun bila ulun salah”. Kalimat singkat ini pun kerap kali menjadi kalimat penutupnya setiap kali kongkow santai menikmati the di malam hari.
Dalam sebuah kesempatan, sore hari kala itu. Opie dan Wartono harus disibukkan agenda pengambilan foto dengan baju putih menjelang pelantikan. Raut wajahnya tampak mengabarkan letih saat mengajak sejumlah kawan untuk minum kopi di salah satu caffe. Sendau gurau mendominasi kongkow. Asik menikmati kopinya, tiba-tiba datang satu orang pejabat yang tanpa kesantunan untuk berukur baju seragam pada instansi dimana sang pejabat memimpinnya.
Luar biasa, Opie dan Wartono pun beranjak dan berangkat memenuhi permintaan sang pejabat—lebih pas disebut penculikan—untuk berukur baju. Sikap itu seolah mengabarkan dia tidak ingin mempermalukan pejabatnya di tengah orang banyak. Tetapi bisa juga sih sang walikota ingin mengetahui sejauh mana ketanggapan para pengawalnya. ***