Manfaat Khitan Bagi Kesehatan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

klikkalimantan.com, MARTAPURA – ‘Telisik Kesehatan Sirkumsisi Bagi Orang Dewasa’, dr Boyke Dian Nugraha bersama Prof Dr dr Andi Asadul Islam selaku Ketua Ikatan Dokter Indonesia Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia (IKABI), menggelar Webinar di Forum Jurnalis Online Zoom meeting, Kamis (8/4/2021) sekitar pukul 18.30 WIB.

Kegiatan Webinar yang membahas tentang kesehatan sirkumsisi atau yang lebih dikenal orang Indonesa dengan sebutan sunat atau khitan tersebut, dimoderatori Wijaya Ojay, di lantai 25 Hotel Aston TB Simatupang, Jakarta.

Pada kesempatan tersebut, sejumlah pemaparan yang menjelaskan tentang dampak kesehatan baik bagi pria dan wanita setelah disunat atau dikhitan, dikupas habis oleh dua dokter, yakni dr Boyke dan Prof Dr dr Andi Asadul Islam.

“Sirkumsisi yang lebih sering disebut sunat merupakan salah satu prosedur bedah untuk memotong atau menghilangkan bagian kelopak kulit (kulup) yang terdiri dari jaringan otot dan pembuluh darah yang menutupi ujung kemaluan, baik pria ataupun wanita. Sebab itulah sirkumsisi merupakan hal penting bagi kesehatan, khususnya bagi kaum muslim agar terhindar dari penyakit kemaluan, terlebih yang menular,” ujar dr Boyke digelaran zoom meeting tersebut.

Kendati khitan merupakan salah satu upaya yang tepat agar terhindar dari segala macam penyakit kemaluan, namun khitan yang dilakukan orang dewasa lebih berisiko dibandingkan saat kanak-kanak. Karena orang dewasa yang dikhitan sering terjadi pendarahan, dan lebih mudah ereksi dan lain sebagainya dibandingkan saat usia anak-anak.

“Bahkan, di Amerika saja, khitan masih menjadi kontroversi. Terlebih, kegiatan khitan untuk anak-anak tak banyak dilakukan karena menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM). Namun, dari banyak penelitian di berbagai negara, ternyata masalah penyakit kelamin kerap menimpa orang dewasa, khususnya pria yang tidak melakukan khitan,” ucapnya.

BACA JUGA :
‘Sanggam Bakabun’ Diluncurkan, Upaya Pemkab Balangan Lawan Rentenir

Dikatakan dr Boyke, kebanyakan penyakit kemaluan yang muncul di berbagai negara disebabkan oleh pria dewasa yang tidak dikhitan dan menulari perempuan.

“Sehingga banyak wanita di berbagai negara menginginkan pasangannya untuk melakukan sirkumsisi. Terlebih, sperma dari pria yang belum dikhitan banyak bercampur kotoran, kuman, bakteri (ecoli), yang dapat memicu penyakit kanker serviks pada wanita,” katanya.

dr Boyke menambahkan, di Uganda hampir 70 persen lebih orang dewasa yang sudah dikhitan lebih rendah risikonya tertular penyakit HIV.

“Artinya, risiko tertular HIV bagi orang dewasa tidak dikhitan bisa dua kali lipat hingga lima kali lipat lebih besar, dibandingkan dengan mereka yang sudah dikhitan. Serta, hampir 70 persen wanita lebih suka pria bersunat, karena lebih seksi dan oral seks lebih nyaman,” tuturnya.
Hal serupa dilontarkan Prof Andi selaku ahli bedah saraf yang mengatakan, di Indonesia sirkumsisi memang diwajibkan terlebih kepada umat muslim, karena dalam Agama Islam sirkumsisi sebagai upaya memelihara kesehatan.

“Tapi, sebagian orang masih banyak meragukan dampak kesehatan bagi orang dewasa yang dikhitan. Meskipun dari sisi medis tak ada batasan umur untuk dikhitan. Terlebih di Indonesia, pada umumnya khitan dilakukan pada usia 9 hingga 12 tahun,” katanya.

Kenapa khitan dianjurkan saat usia anak-anak, lanjut Prof Andi menjelaskan, karena khitan saat usia muda jarang terjadi ereksi yang menyebabkan jahitan terlepas, hingga terjadi pendarahan.

“Sekarang ini malah sejak balita sudah mulai dilakukan khitan. Terlebih, bagi orang dewasa yang tidak dikhitan akan menimbulkan infeksi saluran kemih yang kerap terjadi. Selain lebih rentan terserang penyakit kemaluan, terlebih yang menular,” ungkapnya.

Terlebih, papar Prof Andi, sirkumsisi sangat berdampak positif, seperti menambah daya seks alias terhindar dari peltu atau ejakulasi dini. Ditambah disfungsi seks bagi pria dikhitan lebih rendah.

BACA JUGA :
Persiapan Vaksinasi Covid-19, Seragamkan Narasi #VaksinasiUntukNegeri

“Artinya, yang tidak bersunat justru risiko lebih besar menghadapi disfungsi seks (impoten). Dan saat ini, metode sirkumsisi pun mengikuti perkembangan zaman, seperti metode konvensional, namun penyembuhan agak lama memang. Metode laser cukup aman, namun kalau tidak hati-hati bisa terjadi luka bakar. Metode klem tidak dijahit, namun klem mahal dan terbatas diameter pengamannya,” jelasnya.

Yang jelas, kalau pria dewasa melakukan sirkumsisi, imbau Prof Andi, harus puasa ereksi atau tidak berhubungan selama 4 bulan, dan dianjurkan menggunakan metode konvensional dan bisa juga laser. “Sebelum tidur, disarankan kosongkan kandung kemih, atau tidak banyak minum,” pesannya.(zai/klik)

Scroll to Top