Anak Pedagang Es Keliling Berharap Para Pelaku Pembunuh Ayahnya Dihukum Berat

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

klikkalimantan.com, MARTAPURA – Anak pedagang es krim keliling yang tewas dibunuh beberapa waktu lalu, berharap para pelaku pembunuhnya ayahnya tersebut dihukum berat.

Kamis (23/9/2021), pihak Polres Banjar menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan terhadap Pedagang Es Krim Keliling bernama Sukirman, warga Desa Gabah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) tersebut.

Sukirman, para 26 April 2021 lalu, ditemukan tewas dan terkubur dalam lubang di samping Guntung Kecil, Dusun Pematang Lahung, RT003, Desa Angkipih, Kecamatan Paramasan, Kabupaten Banjar, dengan penuh luka bacokan senjata tajam (Sajam).

Dari 62 adegan rekontruksi yang diperagakan 5 orang pelaku, yakni ARD alias Anto, ARJ, JN, MH, dan WR, berdasarkan hasil penyelidikan Polres Banjar, motif kasus pembunuhan tersebut dilatarbelakangi masalah utang. Yakni tersangka Anto yang masih berusia di bawah umur ingin kembali berutang ES Krim. Namun tidak dikasih oleh korban, dikarena utang Es Krim sebelumnya belum dibayar.

Mengetahui tentang motif pembunuhan orangtuanya dilatarbelakangi masalah utang Es Krim, Ariyanto selaku anak pertama korban, pun angkat bicara. Ia tidak mempercayai motif tersebut.

“Kalau motif pelaku dikarena masalah hutang, jelas itu salah. Karena almarhum bapak malah menawarkan Es Krim gratis. Bahkan, ayah saya kerap memberikan es krim dengan suka rela atau gratis kepada anak yang tidak punya uang untuk membelinya,” ujarnya kepada sejumlah awak media di teras Satreskrim Polres Banjar, Kamis (23/9/2021).

Anak pertama dari 3 bersaudara ini pun sangat menyayangkan perbuatan 3 orang pelaku yang dengan tega dan secara brutal membacok orangtuanya hingga tewas.

“Kalau mereka secara terus terang minta duit, ya pasti dikasih bapak saya. Tapi, niat mereka memang mau membunuh, selanjutnya mengambil sejumlah uang dari hasil penjualan Es Krim orangtua saya,” ucapnya.

BACA JUGA :
DPKP – DKISP Banjar Uji Palikasi ‘Si Damkar Manis’

Karena perihal tersebutlah, Ariyanto berharap aparat hukum memberikan hukuman dengan seberat-beratnya. Mengingat, dirinya menilai aksi para pelaku tersebut memang telah direncanakan, sehingga sudah mempersiapkan Sajam, dan berkelompok.

“Sebenarnya saya sangat keberatan, kalau kasus ini dikatakan bukan pembunuh berencana. Sebab, sudah jelas pelaku berkelompok dan menjegal di tengah perjalanan. Mestinya ini masuk dalam pembunuhan berencana, dan mendapat hukuman seberat-beratnya,” tegasnya.

Kendati keberatan, Ariyanto mengaku akan menyerahkan semuanya kepada aparat penegak hukum yang lebih mengetahui pengusutan perkara kasus tersebut.

“Kasus ini saya serahkan kepada penyidik Polres saja. Rasa keberatan ini pun tidak sempat saya utarakan. Tapi, saya berharap pelaku mendapatkan hukuman setimpal dan seberat-beratnya. Saya saja sempat tak sanggup melihat kondisi ayah saya, bahkan adik-adik dan ibu saya pun sempat saya larang untuk melihat jasad bapak yang kondisinya cukup mengenaskan,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Ariyanto mengakui, saat pertemuan terakhir dengan bapaknya, dirinya sama sekali tidak melihat tanda-tanda bahwa orangtuanya memiliki permasalahan.

“Almarhum sama sekali tidak ada menceritakan terkait persoalan utang,” pungkasnya.(zai/klik)

Scroll to Top