klikkalimantan.com, PARINGIN – Adanya perbaikan Jembatan Paringin, Kabupaten Balangan, berimbas pada pemilihan jalur alternatif yang disediakan.
Jalur alternatif tersebut adalah Jalan Desa Bungin dan Jalan Gunung Pandau. Dimana ada aturan untuk kendaraan ringan dan angkutan berat. Namun, kondisi jalan alternatif ini pun tak sepenuhnya nyaman untuk dilewati kendaraan.
Karenanya, begitu Jembatan Paringin resmi ditutup hingga Desember mendatang, banyak pengendara roda dua yang memilih “jalan tikus” atau jalur alternatif yang tidak disarankan.
Jalan alternatif pilihan para pengendara roda dua tersebut berada di Gunung Pandau mengarah ke Desa Tungkap dan Kelurahan Batu Piring, yang dianggap lebih dekat apabila dari Paringin menuju Jalan A Yani di wilayah Paringin Selatan.
Meski harus melintasi jalan semen beton yang merupakan Jalan Usaha Tani milik Desa, serta jembatan gantung yang lumayan panjang, menyeberangi Sungai Balangan, namun tetap banyak pengendara memilihnya.
Kenyataan tersebut mengundang perhatian dari Komisi III DPRD Kabupaten Balangan.
“Kondisi jembatan gantung itu tidak bisa dipastikan kekuatannya. Apabila dilintasi kendaraan jumlah banyak setiap hari, tentu akan melonggarkan paku-paku jembatan dan konstruksi sejenisnya,” ucap Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Balangan, Erly Satriyana, saat meninjau lokasi, Selasa (28/9/2021).
Sebelum dijadikan lintasan saat Jembatan Paringin ditutup, hanya sedikit warga yang melewati jalan itu. Terlebih kondisi JUT yang licin apabila dalam keadaan basah, semisal pasca hujan.
Kepada pemerintah desa setempat, dan kelurahan, Erly meminta adanya pemasangan papan imbauan. Apalagi di jembatan gantung tidak bisa dilintasi sepeda motor secara berlawanan. Selain itu juga dibutuhkan pemberitahuan batasan jumlah sepeda motor yang dapat melintas sekaligus, mengingat semakin banyak beban di atasnya, goyangan dan getaran pada jembatan akan semakin terasa.
Di sisi lain, salah satu pengguna jalan, Ragil, yang telah beberapa kali melintasi jalan tersebut, mengatakan, memilih jalur tikus ini karena lebih dekat untuk menuju Paringin atau dari Paringin ke Batu Piring, dibanding harus melewati jalur alternatif yang saat ini mengalami kerusakan parah.
“Sebenarnya jalan di sini memang sepi dan waswas juga saat pertama kali melewati jembatan gantung. Tapi ini satu-satunya akses terdekat untuk menyebrang,” ucapnya.(rdh/klik)