Sungai Abit Menyimpan Potensi Alam Luar Biasa
Kecamatan Cempaka merupakan kecamatan yang wilayahnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Banjar dan Tanah Laut. Dataran tinggi dengan rimbunnya pepohonan menjadikan kawasan perbatasan sebagai kawasan agrikurtur bernilai ekonomi tinggi. Karet dan Durian menjadi andalan ekonomi masyarakatnya.
Catatan Jurnalis: Safariyansyah
Jika di wilayah pusat kecamatan ada aktivitas pendulangan intan dan beragam kelezatan kuliner tersaji, berbeda jauh dengan kondisi di wilayah perbatasan Cempaka dengan Kabupaten Banjar dan Kabupaten Batola.
Di daerah-daerah perbatasan inilah tersaji kekayaan alam Kecamatan Cempaka yang tersembunyi. Keindahan alam, keragaman hayati hingga kehidupan tradisonal tersadi di sana. Adalah Sungai Abit nama wilayah salah satu RT di Keluarah Cempaka yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjar.
Bagi penikmati traveler terutama mereka yang biasa bepergian ke wisata Gunung Mawar melalui jalur Cempaka pasti melalui RT yang satu ini, karena letaknya yang berbatasan dengan dengan Kiram Park. Dengan jarak kurang lebih 24 Km dari Kota banjarbaru atau 30 menit perjalanan, perjalanan bisa ditempuh dengan berkendaaran roda dua, empat maupun bersepeda pancal.
Jalan beraspal mulus dan berkelok membuat perjalanan ke Sungai Abit yang didiami sekitar 100 unit rumah ini terasa sangat menyenangkan.
Namun jangan heran jika sesampainya diperkampungan yang mayoritas petani ini disiang hari, kampung terlihat sangat sepi.
“Jika cuaca baik, kami sekitar pukul 02.00 Wita sudah pergi ke kebun karet untuk menyadap. Aktivitas ini kami lakukan sampai pukul 10,00 Wita. Selebihnya istirah di rumah. Setelah waktu Zuhur baru kampong ramai kembali,” ungkap Bunalam, salah seorang tokoh masyarakat Sungai Abit.
Lelaki paruh bayu yang mengaku generasi ketiga dari pendiri kampong ini pun bercerita, jika masyarakat Sungai Abit berasal dari Kampung Jarak Kecamatan Karang Intan. Bermula membuka lahan untuk bercocok tanam wilayah tersebut pun berangsur menjadi sebuah perkampungan.
“Cerita bapa saya, dulu kakek dan beberapa kerabatnya termasuk beberapa tokoh masyarakat Cempaka, suka sekali membuka lahan untuk bercocok tanam. Pendeknya mereka mencari tanah yang subur. Rupanya di sini tanahnya sangat cocok untuk bekebun dan beternak. Sejak itu perlahan kakek saya dan kerabat menetap di sini, sampai akhirnya benar-benar menjadi kampung,” ujarnya.
Dulu sebutnya lagi, lebih dari 89 persen penduduknya bersuku Madura. Seiring berjalan waktu dan semakin terbukanya akses kelaur masuk perkampungan berdampak pada banyaknya minat masyarakat luar untuk berhuni di sana. Ditambah lagi meluasnya sistem kekerabatan keluarga dari perkawinan antar suku, menjadikan masyarakat Kampung Sungai Abit beragam suku.
“Alhamdulillah, sampai saat ini kampung kami sangat rukun. Baik kehidupan bermasyarakatnya maupun keagaamannya,” katanya.
Bunalam yang ditemui sedang asik membuat sangkar burung ini pun memaparkan banyak potensi ekonomi yang ada di kampungnya. Namun dari sekian banyak potensi itu, karet dan durianlah yang menjadi andalan dalam menopang ekonomi masyarakat. (bersambut)