Menelisik Potensi Tersembunyi Cempaka (3)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
LENGANG: Siang hari perkampungan Sungai Abit sangat lengang. (klik)

Si Adangan Jadi Primadona, Si Kedondong Terancam Punah

Bermukim di daerah dataran tinggi, aktivitas perkebunan sudah pasti menjadi pilihan utama bagi masyarakat di wilayah perbatasan Kecamatan Cempaka, Banjarbaru dengan Kabupaten Banjar dan Tanah Laut. Karet dan buah-buahan utamanya durian menjadi andalan penopang utama perekonomian.

Catatan Jurnalistik : Safariyansyah

Kicauan burung-burung liar dan nyanyian beragam serangga seolah menyambut siapa saja yang datang ke perkampungan Sungai Abit, Kelurahan Cempaka, Kota Banjarbaru. Pun suasana menjadi semakin nyaman begitu hawa sejuk khas pegunungan terasa.

Seperti perkampungan kebanyakan yang berkoloni jauh dari keramain, Perkampungan Sungai Abit terasa sepi di siang hari. Itu karena menurut Bunalam, salah seorang tokoh masyarakat setempat, sudah menjadi kebiasaan jika di siang hari kampung sepi.

“Bagi mereka yang bekerja menyadap sejak sebelum waktu subuh, siang dijadikan sebagai waktu istirahat. Sementara bagi mereka yang berladang palawija dan buah-buahan, disiang hari mereka beraktifitas di kebun masing-masing,” ujarnya.

Ujaran Bunalam memang sesuai dengan kondisi lingkungan kampung. Kebun-kebun karet, sawah hingga kebun-kebun palawija mengelilingi kampung. Dari sekian banyak pepohonan buah, pohon durian begitu mendominasi. Di pekarangan hingga di belakang rumah-rumah warga pohon durian tampak rimbun menandakan kesuburan.

“Ya kalau di sini, karet dan buah durian jadi andalan utama perekonomian warga. Khusus pohon durian, di sini kalau seribu batang pohon, ada. Ditanam bercampur dengan kebun karet dan buah-buahan lain,” kata tokoh yang mengaku banyak memiliki pohon durian ini.

Untuk diketahui, setiap musim durian Sungai Abit menjadi salah satu tujuan para penyuka durian. Utamanya mereka yang berasal dari Kota Banjarbaru dan Martapura.

“Itu benar, bahkan di sini ada namanya Durian Adangan. Si Adangan ini belum masak buahnya sudah dipesan orang. Pokoknya jadi primadona disinilah,” katanya tersenyum.

BACA JUGA :
Peluncuran Kantu Kendali Elpiji Bersubsidi, Walikota: Di Banjarbaru Ada Dua Jenis

Kenapa? Karena ternyata menurut Bunalam, Si Adangan itu memiliki rasa yang luar biasa legit dan nikmat. Ditambah lagi ukuran buahnya yang cukup besar dan biji kecil dengan daging buah tebal.

“Sayang sudah dua musim ini, Si Adangan dan durian unggulan lainnya tidak berbuah,” katanya.

Selain Si Adangan, Bunalam pun menyebut nama Si Landak, Si Nyiur dan Si Kedondong sebagai durian unggulan di Sungai Abit.

Namun sayangnya, indukan dari pohon-pohon durian unggulan tersebut sudah mati. Beruntung masyarakat sudah melestarikan durian tersebut.

“Kecuali Si Kedongdong yang sudah sangat langka sekali. Memang masih ada pohonnya, tapi belum bisa dijadikan bibit karena masih muda,” katanya.

Sementara itu, secara umum sudah dua tahun ini durian di wilayah Kecamatan Cempaka gagal panen. Ekstrimnya cuaca disinyalir menjadi salah satu faktor kegagalan.

“Rontok buahnya. Hanya ada satu dua saja yang tersisa setiap pohon yang bertahan hingga matang,” katanya.(bersambung)

Scroll to Top