Infrastruktur Dibenahi, Masyarakat Terancam Kehilangan Lahan
Padatnya wilayah perkotaan hingga kebutuhan akan ketenangan, menjadi salah satu faktor para pemilik modal tergiur untuk menguasai lahan-lahan di kawasan yang jauh dari kebisingan. Wilayah perbatasan Kelurahan Cempaka dengan Kabupaten Banjar dan Tanah Laut menjadi salah satu bidikan para pemilik modal.
Catatan Jurnalis: Safariyansyah
Bertani memang sudah identik dengan kehidupan masyarakat perdesaan. Namun sayangnya serbuan masyarakat perkotaan dalam penguasaan lahan menjadi “ancaman” untuk bertahan di sektor pertanian. Begitu juga yang terlihat di wilayah perbatasan antara Kelurahan Cempaka dengan Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut. Utamanya Kampung Sungai Abit, Kerasik, Beruntung dan Batu Ampar.
“Kalau di sekitaran jalan utama menuju Desa Kiram Kabupaten Banjar, banyak lahan yang kepmilikannya sudah berpindah tangan dari masyarakat kampung ke orang-orang kota. Sebagian besar tanah-tanah itu dijadikan lokasi pengkaplingan perumahan. Ada juga yang digunakan untuk berkebun buah, utamanya durian,” ungkap Bunalam, salah seorang tokoh masyarakat setempat.
Jauh sebelum kawasan Sungai Abid dan sekitarnya dibangun fasilitas transportasi yang mumpuni, aktivitas pertanian begitu dominan. Namun sepuluh tahun belakangan ini utamanya kanan dan kiri jalan utama dengan kondisi jalan begitu mulus menuju kawasan wisata Desa Kiram, sudah sedikit sekali terlihat aktivitas petani yang bertanam palawija. Kalau pun ada pasti didominasi kebun karet yang memang sudah lama ada. Ironisnya, lahan-lahan dan kebun-kebun karet yang ada tersebut sebagian besar kepemilikan lahannya sudah berpindah tangan.
Kendati demikian, Amang Ujang tokoh masyarakat Batu Ampar mengungkapkan, sejauh ini perekonomian masyarakat masih stabil dengan produk andalan menyadap karet.
“Kebun-kebun yang ada di sekitar kampong masih aman, dalam arti masih dikuasai pemilik asal,” ujarnya.
Dibagian lain, pemilik kios sembako di Batu Ampar ini pun mengaku merasakan nyamannya dengan infrastruktur yang saat ini. Jalan mulus hingga ke kampong ditambah jembatan-jembatan yang dibangun lebih permanen sangat menunjang aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat.
Lain masyarakat yang menetap di diperkampungan lain lagi masyarakat yang memilih tinggal di poros jalan utama. Sebagian dari mereka kini hanya bisa beraktivitas pertanian di lahan-lahan yang sudah dikuasai para pemodal.
“Untuk bertanam sayur kami lakukan dengan cara meminjam pakai lahan. Terutama lahan-lahan kosong yang tak jauh dari kampung,” ujar Yono, petani yang tinggal di poros jalan Sungai Abit..
Yono tidak sendiri, ada beberapa orang yang melakukan aktivitas serupa. Beruntung para pemilik lahan dengan senang hati meminjamkan lahannya untuk digarap.
“Gratis kok mas. Bahkan para pemilik lahan mengaku sangat senang lahannya digarap. Karena otomatis lahan menjadi produktif dan bebas dari ancaman kebakaran lahan,” katanya.
Ditanya soal keuntungan, Yono dengan mantap mengatakan saat ini bertanam sayur jelas sangat menguntungkan.
“Alhamdulillah, harga sayuran sangat bagus. Selama ini modal selalu tertutupi,” katanya disela-sela aktivitas memeriksa tanaman kacang buncisnya yang baru tumbuh.
Dari pantauan Klikkalimantan.com, di belakang perkampungan terlihat banyak aktivitas pertanian. Para petani memilih komoditas sayur menjadi pilihan utama. Terong, kacang panjang, lombok, kacang buncil menjadi pilihan utama.
Selain itu ada juga yang memilih menanam melon dan semangka di antara tanaman sayurnya.***