Di Tengah Ancaman Kebakaran, Pemilik Lahan, dan Bisnis Properti
Oleh: Rudiyanto
Kemarau panjang, pemicu terjadinya kebakaran lahan dan hutan saban tahunnya. Tak terkecuali di wilayah Banjarbaru, membuat para petani sayur waspada menjaga lahannya dari kobakaran api.
Seperti yang dilakukan Selamet (70), salah seorang petani sayur di Guntung Damar, Kelurahan Guntung Manggis. Bahkan selama beberapa bulan terakhir, ia memilih menghabiskan waktu di ladang, pagi hingga sore hari. Meski saat ini, belum ada satu pun bibit sayuran yang ia tanam di atas lahan seluas 0,5 hektare miliknya.
Menurutnya, menjaga lahan agar tak terbakar penting dilakukan. Karena jika terbakar, akan berdampak pada turunnya tingkat kesuburan tanah. Itu karena, kobaran api merusak unsur hara, komponen tanah penentu subur tidaknya tanah. “Habis terbakar, tanah biasanya berlubang,” kata Selamet.
Sembari menjaga lahan dari ancaman terjadinya kebakaran, Selamet saat ini juga sedang menyiakan lahan untuk medium tanam beberapa jenis sayur yang memang lazim ia tanam; bayam, sawi, kacang panjang, serta beberapa jenis tanaman sayur lainnya. Harapannya, saat musim nanti berganti, bibit bisa lekas ditanam.
Kebakaran lahan yang dapat berdampak pada turunnya tingkat kesuburan tanah, bisa jadi ancaman bagi para petani sayur dalam jangka pendek. Karena di musim hujan, saat tanah tak lagi kering dan gersang, unsur hara yang sempat berkurang akan pulih kembali.
Selain risiko kebakaran lahan, yang juga benderang dihadapi para petani sayur adalah risiko hilangannya sumber pencaharian. Pasalnya, para petani penggarap ini harus siap setiap kapan saja jika pemilik lahan, atau pun PT Angkasa Pura mengambil haknya.
“Memang kesepakatannya seperti itu. Karena kami hanya sebagai petani penggarap lahan milik PT Angkasa Pura I,” kata Wagiyo, petani penggarap lahan milik PT Angkasa Pura I di Jalan Kurnia.
Kehilangan mata pencaharian dari bercocok tatam, sebuah keniscayaan yang mungkin saja terjadi dalam hitungan tahun ke depan. Apalagi, saat ini PT Angkasa Pura I Bandara Syamsuddin Noor saat ini sedang melaksanakan pengembangan untuk menjadi internasional.
Menuju bandara bertaraf internasional itu, tentu akan banyak yang dibangun PT Angkasa Pura I. atau dengan kata lain, akan perlu banyak lagi lahan yang digunakan untuk keperluan pembangunannya.
Padahal, selain Wagiyo, ada ratusan petani lain yang sampai saat ini menggantungkan hidup dari bercocok tanam di atas lahan milik PT AngkasaPura I.
Adalagi risiko yang saat ini juga wajib diwaspadai para petani selain kebakaran dan pengambilan hak atas lahan oleh PT Angkasa Pura I, yaitu para pemilik modal sektor properti yang siap menyulap lahan pertanian menjadi perumahan. Tentunya dengan iming-iming harga tinggi untuk para pemilik lahan. Sangat beralasan, karena saat ini, komplek-komplek perumahan terus bermunculan di antara lahan pertanian sayur di seputaran Keluarahan Landasan Ulin Utara. ()