KLIKLAIMANTAN.COM– Teknologi pertanian boleh saja sangat modern, tetapi soal menjaga tradisi, para petani di Desa Pasar Jati, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tetap setia menjaganya. Salah satu tradisi yang masih kental adalah Tradisi Behandip.
Tradisi Bahandip merupakan kegiatan sosial warisan para pendahulu. Buhan hanya di Desa Pasar Jati saja tradisi bergotong royong utamanya dalam aktivitas pertanian ada, di desa-desa lain dalam kultur masyarakat Banjar, tradisi ini juga terus dilestarikan.
Apa itu Bahandip? “Bahandip itu istilah masyarakat Banjar dalam melakukan kegiatan gotong royong. Lazimnya dalam aktivitas menanam dan memanen padi,” jelas Saifudin (50) salah seorang petani di Desa Pasar Jati, kepada Klikkalimantan.Com, Rabu (27/06/2018) di sela-sela aktivitas pertaniannya.
Istilah handipan ituu sendiri menurut dia, sudah lama dikenal kalangn masyarakat. Bahkan sejak kecil Saifudin mengaku eringkali diajak dalam tradisi itu.
Dengan Behandip akunya, selain menjadikan masyarakat tetap kompak, biaya yang dikeluarkan dalam menanam dan memanen padi menjadi sangat ringan. Terlebih dengan kondisi saat ini.
“Saat sekarang, upah jasa panen padi perharinya sekitar Rp60.000,- per orang. Bosa dihitungkan, jika kita memiliki lahan 11 borongan saja (17×17 m2, berapa biaya yang dihabiskan,” ujarnya.
Karena faktor kian tingginya uapah buruh tani inilah, masyarakat petani memilih melaksana tradisi terseut, menjadi solusi. Makanya jarang heran sebut lelaki yang tampak memutih rambutnya ini, jika terlihat banyak orang di setiap aktivitas menanam dan memanen padi.
“Biasanya para petani membentuk kelopok-kelompok. Behandip dijalankan para petani dengan bergiliran. Selesai satu lahan, kegiatan dilanjutkan ke lahan lainnya,” katanya.
Dan bagi para petani yang tidak tergabung dalam kelompok handipan, bisa menyewa jasanya sesuai kesepakatan dan dibayarkan kepada ketua kelompok handipan. (zai)