klikkalimantan.com – Kendati menjadi salah satu komoditi unggulan perkebunan yang sudah ada sejak puluhan tahun silam, tanaman kopi di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan masih dilihat sebelah mata. Tanpa campur tangan pemerintah daerah, luas perkebunan kopi terus berkurang.
Dondit Bekti, Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan (Disnakbun) Kabupaten Banjar mengakuinya. Menurutnya ditemui di stan Disnakbun Banjar Expo 2019, Kamis pekan kemarin, Kecamatan Pengaron menjadi sentra pengahasil kopi jenis robusta sejak puluhan tahun silam.
Dondit bahkan mengaku selama ini kecolongan karena kopi tak masuk dalam prioritas pengembangan sektor perkebunan. “Petani dan lahan tanaman kopi terus berkurang. Padahal kopi Pengaron dulu terkenal bukan main,” kata Dondit.
Sadar kopi komoditas unggulan, Dondit mengatakan, sejak 2016 kopi mulai kembali dikembangkan. Menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kurang lebih 20 hektare lahan kopi telah dikembangkan di Desa Lok Tunggul, Kecamatan Pengaron.
“Saat ini sudah mulai panen, dan selama prosesnya kita rekam melalui video agar dapat kita sebarkan ke kelompok pembudidaya kopi lainya,” kata Dondit.
Dan tahun ini, kata Dondit, akan dikembangkan seluas 10 hektare di Kecamatan Pengaron dan akan berlanjutkan ke wilayah kecamatan lain; Kecamatan Mataraman dan Aranio.
Pengembangan tanamam kopi tersebut menurut Dondit sesuai program pemerintah pusat, yakni BUN 500 yang mewacanakan pengembangan lahan perkebunan seluas 500 hektare di 2019 – 2024.
Dari program itu, Disnakbun Kabupaten Banjar menarget 300 hektare lahan perkebunan kopi menggunakan APBN lima tahun mendatang sesuai usulan dari kelompok tani di tiga kecamatan; Pengaron, Mataraman, Aranio. (zai/to/klik).