Kepala BMKG dan Staklim Kalsel: Anggapan Kalimantan Bebas Gempa Ternyata Keliru

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
RAPAT-Tenaga Ahli Gubernur, H Noor Aidi saat menghadiri rapat membahas bencana alam bersama BMKG dan Staklim Kalsel di Banjarbaru.(pr/klik)

klikkalimantan.com, BANJARBARU-Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor meminta kepada para jajaranya untuk menerapkan mitigasi bencana atau safety briefing sebelum melaksanakan rapat di kantor maupun di tempat lainya, sehingga sebelum memulai pekerjaan akan tercipta kondisi kerja yang aman, selamat, dan terhindar dari risiko kecelakaan kerja.

“Selain melakukan edukasi kepada masyarakat, sebaiknya lakukan safety briefing sebelum memulai pekerjaan di kantor,” ujar Tenaga Ahli Gubernur,  H Noor Aidi saat rapat bersama BMKG Kalsel di Banjarbaru untuk merespon gempa bumi yang sudah terjadi beberapa kali di Kalsel, Kamis (29/2), siang.

Dikatakan Noor Aidi, safety briefing merupakan salah satu dari mitigasi bencana terkait apa saja yang harus dilakukan ketika tengah terjadi bencana, terutama gempa bumi di Kalsel.

“Paman Birin menghendaki adanya mitigasi apa saja yang harus dilakukan, misalnya dengan safety briefing sebelum rapat dimulai di kantor, seperti perkantoran di Jakarta,” kata Noor Aidi.

Oleh karena itu, sampai Noor Aidi, setiap bangunan kantor, hotel, sekolah, dan tempat wisata di Banua, harus memiliki jalur evakuasi khusus dan titik kumpul massa untuk digunakan ketika terjadi bencana alam.

“Bencana gempa bumi kemungkinan menimbulkan korban jiwa. Karena itu, kita perlu untuk meminimalisir korban jiwa tersebut dengan melakukan safety briefing,” tambah Noor Aidi.

Kepala BMKG dan Staklim Kalsel, Goeroeh Tjiptanto mengatakan, anggapan Kalimantan bebas gempa ternyata keliru. Terbukti, berdasarkan data BMKG, sebelum terjadi gempa bumi di Kabupaten Banjar berkekuatan 4,8 skala richter (SR) pada kedalaman 10 Km pada 13 Februari 2024 lalu, ternyata Kalsel juga pernah diguncang gempa di Pulau Laut Kotabaru dengan magnitudo 5,8 SR pada 5 Februari 2008 lalu.

Bahkan, tambah Goeroeh Tjiptanto, Kalsel juga pernah mengalami tsunami di wilayah Pulau Samber Gelap pada tanggal 16 Maret di tahun 1917 dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter yang menimbulkan kerusakan parah di Pantai Pagatan.

BACA JUGA :
Terima Anugerah Adinata Syariah 2024, Paman Birin: Bukti Pengembangan Ekonomi Syariah di Kalsel

Oleh karena itu, lanjut Goeroeh Tjiptanto, ia pun menyarankan agar pembangunan rumah di Kalsel meniru Jepang, membangunnya tak sembarangan dan harus lulus uji tahan gempa bumi.

“Selain itu, penting pula memberikan edukasi melalui media sosial kepada masyarakat apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi bencana,” tutur Goeroeh Tjiptanto.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Bambang Dedi Mulyadi menuturkan, pihaknya dalam waktu akan membuat surat edaran (SE) kepada bupati dan walikota terkait kewaspadaan bencana gempa.

“Sedangkan untuk edukasi sendiri, BPBD Kalsel sebenarnya sudah memberikan edukasi kepada para pelajar, baik pada sekolah usia dini hingga menengah atas mengenai mitigasi bencana alam,” tukas Bambang.(pr/klik)

Scroll to Top