klikkalimantan.com, BANJARMASIN  – Kebutuhan pangan masyarakat kota Banjarmasin hampir seluruhnya bergantung pasokan dari luar daerah. Tak ayal, kendala distribusi hingga menurunnya pasokan membuat harga pangan menjadi naik.

Sejumlah bahan pangan seperti  Cabai mengalami kenaikan yang cukup signifikan hingga Rp120 perkilogram. Kondisi ini tidak terlepas dari beberapa faktor, seperti gagal panen di daerah pemasok akibat curah hujan tinggi, serta tingginya permintaan saat perayaan tertentu seperti Nataru.

Kenaikan harga bahan pangan seperti Babai  yang signifikan saat ini memang menjadi perhatian kami di DPRD Kota Banjarmasin, khususnya Komisi II. Yang mana, mereka mendorong masyarakat melakukan urban farming dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Anggota Komisi II DPRD Kota Banjarmasin, Hendra SE mengatakan, operasi pasar mungkin belum menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi pedasnya harga Cabai. Fokusnya,  harus pada langkah-langkah strategis jangka pendek dan panjang.

Dalam jangka pendek,Dinas Perindustrian dan Perdagangan  (Disperdagin)  perlu memperkuat koordinasi dengan daerah pemasok baru seperti Sulawesi Selatan untuk mempercepat distribusi.

“Selain itu, kerja sama antar daerah (KAD) perlu dioptimalkan agar pasokan dari wilayah surplus dapat memenuhi kebutuhan di Banjarmasin, “katanya.

Untuk jangka panjang, tekan Hendra, pihaknya  mendorong Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota  (DKP4)  dan Disperdagin untuk mengembangkan program urban farming yang melibatkan masyarakat. Dengan memanfaatkan lahan pekarangan, masyarakat bisa memproduksi kebutuhan pangan, tidak hanya cabai,  secara mandiri sehingga ketergantungan terhadap pasokan luar berkurang.

“Kami di Komisi  II akan terus mengawal langkah-langkah ini, memastikan dinas terkait bekerja secara cepat dan efektif agar harga cabai kembali stabil, sekaligus mencegah masalah serupa di masa mendatang,” tekannya. (sin/klik)