klikkalimantan.com – Warga di tiga desa di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan yang mayoritas menggantungkan hidup dari budidaya ikan dalam keramba dan jala apung saat ini sedang dirundung duka. Berton-ton ikan jenis nila dan mas siap panen mati mendadak sejak tiga hari terakhir.
Keuntungan dari panen ikan yang sudah di pelupuk mata, seketika berubah petaka. Kerugian dari matinya ikan mencapai Rp50 juta per jala apung. Dikalkulasi keseluruhan di tiga desa; Desa Sungai Alang, Sungai Asam, dan Awang Bangkal, kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah.
“Satu pebudidaya rata-rata punya lima jala apung. Bahkan ada punya sampai 30 jala apung,” ujar Syaifullah, pebudidaya ikan di Desa Sungai Alang, Karang Intan.
Kerugian yang mesti ditanggung sendiri para pebudidaya. Termasuk upaya bangkit kembali untuk menebar benih ikan periode berikutnya.
Karena besar kemungkinannya, tak akan ada bantuan disalurkan pemerintah daerah untuk para pebudidaya.
Riza Dauly, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banjar mengatakan, pihaknya tak dapat berbuat banyak, utamanya penyaluran bantuan bibit ikan.
Penyebabnya menurut Riza, mayoritas pebudidaya berdiri sendiri. Kalaupun tergabung dalam kelompok, tidak berbadan hukum. Sedangkan peraturannya saat ini, penerima bantuan hibah mesti berbadan hukum, minimal berbentuk koperasi. Sedangkan di Kabupaten Banjar, hanya ada satu koperasi bidang perikanan, itu un di Kecamatan Aranio.
Riza mengaku hanya bisa mengimbau pebudidaya ikan secepatnya memanen ikan yang sudah cukup usia guna menghindari kerugian yang lebih besar.
Imbauan juga disampaikan agar pebudidaya mengangkat bangkai ikan dari bantaran sungai. Karena ditakutkan bangkai ikan akan mencemari air sungai dan berdampak pada kematian ikan berikutnya. (to/klik)