klikkalimantan.com – Sedikitnya ada tiga kesenian dan empat alat musik tradisional Banjar dan Dayak Meratus di Kalimantan Selatan yang tak lagi banyak diketahui khalayak. Keberadaannya pun di ambang kepunahan.
Menurut Irmanto, seorang Damang di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), tiga kesenian tradisional di ambang kepunahan itu; bagandut, baandi-andi, dan balamut.
“Sedangkan empat alat musik tradional yang juga kian jarang ditemui adalah kuriding, garupai, kurung-kurung, dan bunggut,” kata Irmanto ditemui klikkalimantan.com di Lokasado, HSS, Minggu (26/1/2020).
Terutama kesenian Baandi-andi, sepengetahuannya, di Kabupaten HSS hanya ada dua orang yang masih mampu membawakan kesenian sastra lisan yang sarat pesan moral ini secara utuh. “Aban dan Aluh. Keduanya saat ini sudah sangat sepuh, Aban berusia 94 tahun dan Aluh 60 tahun,” ujarnya.
Begitu pun dengan alat musik tradisional, menurut Irmanto, Garupai dan Bunggut yang saat ini tak lagi diketahui banyak orang. Garupai merupakan alat musik tiup sejenis suling namun berukuran lebih kecil. Sedangkan Bunggut, alat musik petik sejenis gitar yang hanya punya dua senar.
“Sangat disayangkan, seni dan budaya tradisional yang diwariskan sejak zaman dulu kini amat jarang ditemui. Anak-anak saat ini lebih suka main HP ketimbang belajar kesenian dan budaya tradisional,” kata Irmanto.
Menurut Damang Irmanto yang tinggal di Desa Ulang, Kecamatan Loksado ini, upaya mengajarkan senid an budaya tradisonal sudah dilakukan di Kedemangan HSS. Namun lagi-lagi, canggih teknologi saat ini membuat gerasi mudah lebih memilih gawai dibanding belajar seni dan budaya tradisional.
Karena itu ia berharap, ada perhatian lebih serius dari pemerintah daerah untuk upaya pelestaraiannya. Karena jika tidak, seni budaya tradisonal niscaya sirna tanpa diketahui oleh generasi berikutnya di kemudian zaman. (klik)