Klikkalimantam.com,BANJARBARU- Tradisi Baayun Maulid, yang secara turun temurun telah dilaksanakan di masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan. Asal tradisi Baayun Maulid sebelumnya bernama Baayun anak, yang merupakan tradisi leluhur. Kemudian saat masuknya Islam budaya tersebut dimodifikasi menjadi Baayun Maulid.
Dan menjadi tradisi untuk masyarakat Banar, seperti yang rutin dilaksanakan di Museum Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan (Muslam Kalsel), Kamis (20/10).
Sesuai dengan namanya kata Baayun artinya ayunan, sedangkan kata Maulid artinya kelahiran Nabi Muhammad. Sehingga Baayun Maulid berarti mengayun sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Melalui tradisi ini warga berharap anak-anak mereka bisa berakhlak mulia, seperti yang dimiliki Nabi Muhammad SAW.
Kegiatan yang diinisiasi oleh museum dibawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalsel ini tentu mendapat apresiasi tinggi dari Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor.
“Saya ucapkan terimakasih kepada pihak panitia (Muslam Kalsel) yang sudah melaksanakan kegiatan budaya Kalsel ini,” ucap Paman Birin sapaan akrabnya.
Paman Birin juga mengapresiasi antusias masyarakat dalam mengikuti kegiatan ini. Pasalnya dari 150 peserta yang ditargetkan, nyatanya jumlah peserta yang mengikuti Baayun Maulid berjumlah sebanyak 155 orang.
Hal ini bahkan membuat Gubernur untuk lebih memeriahkan tradisi ini dengan meningkatkan jumlah peserta menjadi seribu orang di tahun yang akan datang.
“Ini harus kita kembangkan lagi. Kalau sekarang 155 peserta, kalau bisa nanti kita tambahkan jadi seribu peserta,” ungkapnya.
Menindaklanjuti permintaan Gubernur, Kepala Museum Lambung Mangkurat, Suprihanto mengaku siap untuk lebih meningkatkan jumlah peserta pada penyelenggaraan tradisi ini di tahun depan.
“Nanti kita akan tingkatkan kualitas sarana prasarana juga untuk menunjang kenyamanan peserta,” ujarnya.
Tradisi Baayun Maulid di museum ini diselenggarakan secara gratis. Peserta hanya membawa tapih bahalai (sarung panjang) sebanyak 3 lembar, kerudung atau selendang 3 lembar, foto peserta dan mengisi formulir.
Peserta tertua pada kegiatan ini berusia 83 tahun, sedangkan yang termuda berusia kurang lebih 2 pekan. Sementara yang terjauh berasal dari Kabupaten Tabalong. (kus/Klik)