klikkalimantan.com, MARTAPURA – Angka Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten Banjar tertinggi se-Kalimantan Selatan (Kalsel) hingga mencapai 12.752 anak per Mei 2025. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar baru bentuk Tim Koordinasi Penanganan ATS. Kamis (26/6/2025).
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Banjar, Ahmad Sarwani menilai pembentukan Tim Koordinasi Penangan ATS merupakan langkah positif, dan tidak ada kata terlambat dalam dunia pendidikan.
“Yang penting semua stakeholder dapat bergerak cepat. Sebab, tingginya ATS di Kabupaten Banjar tidak hanya dikarenakan anak putus sekolah, melainkan juga disebabkan beberapa lembaga pendidikan yang terdaftar namun tidak mengikuti Kurikulum Standar Nasional, sehingga pemerintah pusat menganggap anak tersebut tidak sekolah, inilah yang terpenting,” ujarnya.
Karenanya, Politisi NasDem yang menjabat sebagai Anggota Komisi I DPRD Provinsi Kalsel mengapresiasi upaya jemput bola yang dilakukan Pemkab Banjar guna menuntaskan ATS, dan menjadi satu tantangan besar bagi semua stakeholder terkait.
“Selain faktor lembaga pendidikan yang terdaftar tidak menerapkan kurikulum standar nasional. Ada juga beberapa lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tapi belum terdaftar, inilah yang sangat ironis,” ungkapnya.
Atas dasar tersebutlah, Sarwani mengimbau kepada lembaga yang menyelenggarakan pendidikan namun belum terdaftar baik Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dan data EMIS (Education Management Information System) agar segera mendaftarkan diri dan mengikuti kurikulum standar nasional.
“Untuk anak-anak yang tidak sekolah atau putus sekolah, tentunya perlu partisipasi masyarakat sehingga pendidikan di Kabupaten Banjar terus mengalami peningkatan,” tuturnya.
Di waktu yang sama, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Banjar, Liana Penny mengungkapkan, meski Tim Koordinasi Penanganan ATS baru terbentuk, namun dirinya yakin seluruh Satuan Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) sudah berbuat sesuatu untuk penanganan ATS, tak terkecuali untuk peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
“Karena itu kita bentuk Tim penanganan ATS agar seluruh program terkoordinir dan penanganannya lebih komprehensif. Begitu juga untuk anak putus sekolah terkendala ekonomi yang ingin kembali melanjutkan sekolah formal kita tangani dengan bekerjasama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk keperluan sekolah, hingga memberikan bantuan personel peserta didik,” pungkasnya.(zai/klik)