Klikalimantan.com, BANJARBARU – Gelombang protes terhadap tindakan pemerintah yang dinilai diskriminatif terhadap masyarakat Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, kian meluas. Aktivis lingkungan di Kalimantan Selatan pun tak ingin ketinggalan. Melalui pers lirisnya Walhi Kalsel menyatakan, kecaman keras terhadap insiden pengepungan ribuan aparat kepolisian dan TNI di desa yang dikenal sebagai penghasil berbagai komoditas pertanian tersebut.
“Walhi Kalsel telah menyampaikan protes keras ke pemerintah. Dalam protes kami menyampaikan tiga poin desakan. Diantaranya mendesak Gubernur dan Kapolda Jawa Tengah mengundurukan diri,” tulis Kisworo, Direktur Wakhi Kalsel melalui siaran persnya.
Selain desakan tersebut tulis aktivis berambut gondrong ini, Walhi Kalsel juga mendesak seluruh aparat yang ada di Desa Wadas untuk segera ditarik.
“Poin terakhir, Walhi Kalsel mendesak agar pemerintah menghentikan perampasan tanah di Wadas,” ujarnya.
Untuk diketahui, beberapa hari belakangan ini insiden pengepungan ribuan aparat kepolisian dan TNI di Desa Wadas menjadi bahasan yang begitu ramai dibebagai media, utamanya di jejering sosial. Disebutkan, puluhan warga ditangkap dan dibawa ke Mapolres Purworejo. Sementara masyarakat yang tertinggal merasa tidak aman.
Sementara itu dari rilis yang dibagikan GEMPADEWA (Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas) disebutkan, Penyerbuan ribuan aparat Kepolisian-TNI di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, masih berlangsung hingga saat ini, Rabu, 9 Februari 2022. Sejak pukul 08:00 WIB, mereka kembali melanjutkan penyisiran ke beberapa titik, seperti masjid, dalaidesa, rumah-rumah, dan pos-pos penjagaan milik warga.
“Sejak kemarin, rasa takut dan trauma tak henti-hentinya menghantui kehidupan warga Wadas. Puluhan anak, saudara, dan suami diangkut paksa tanpa alasan Polres Purworejo menambah kekhawatiran sanak keluarga yang menantikan kepulangan mereka. Banyak di antara warga yang suaminya digelandang ke Polres Purworejo harus mengurus anak balita sendirian. Sulitnya informasi tentang kondisi puluhan orang yang ditangkap itu makin memperkeruh kondisi psikologis warga,” tulis GEMPADEWA.
Di penghujung siaran persnya, diungkapan hingga pukul 15:00 WIB, kondisi di Wadas masih mencekam. Ribuan aparat kepolisian berpakaian lengkap, menenteng senjata dan tameng masih berseliweran di Desa Wadas. Banyak warga hingga saat ini yang belum berani keluar rumah.
Tak ada yang bisa warga lakukan di tengah perasaan takut, persediaan makanan yang mulai menipis, lahan-lahan pertanian yang tak terawat, hewan-hewan ternak yang tak kunjung mendapat pakan, besek-besek yang terbengkalai, pohon-pohon aren yang belum disadap, serta ketidakpastian informasi tentang kondisi warga yang ditangkap.
Kurang lebih pukul 16:30 WIB, 60 warga (13 di antaranya anak-anak), 5 solidaritas, dan 1 Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta yang ditahan di Polres Purworejo sudah berhasil kembali ke Desa Wadas berkat penanganan tim kuasa hukum dan tekanan dari sejumlah pihak, baik melalui media sosial maupun aksi solidaritas di berbagai titik.(yan)