Pernah Ramai Dikunjungi, Warna-warninya Pudar di Masa Pandemi
Oleh: Rudiyanto
Diresmikan 14 April 2017, Kampung Pelangi di kawasan siring Sungai Kemuning Banjarbaru sempat menjadi magnet. Banyak orang berbondong-bondong datang untuk melihat langsung warna-warni destinasi buatan berada di Kelurahan Guntung Paikat, Banjarbaru Selatan ini. Tak hanya warga Kota Banjarbaru, banyak juga yang datang dari wilayah Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin.
Berada di tak jauh dari pusat kota, hanya beberapa menit ditempuh dari Balaikota Banjarbaru, membuat Kampung Pelangi ramai dikunjungi. Tak hanya siang, di malam hari banyak juga yang datang untuk sekadar bersantai dan berswafoto berlatar belakang lukisan dan kerlap-kelip lampu rumah.
Tak hanya warga lokal, Esthy Reko Astuti, kala itu menjabat Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara pada Kementerian Pariwisata dan Perekonomian Kreatif RI juga pernah mengunjungi Kampung Pelangi.
Menurutnya yang datang ke Kampung Pelangi di sela menghadiri kegiatan Tadarus Puisi, perlu polesan tambahan agar pengunjung semakin betah berlama-lama di Kampung Pelangi. Yakni menambah produk-produk hasil kreatifitas dari keseharian warga setempat.
Sayangnya itu tak bertahan terlalu lama. Perlahan Kampung Pelangi mulai ditinggalkan. Pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal 2020, dan berujung pada sejumlah pelarangan, termasuk larangan adanya kerumunan, membuat Kampung Pelangi kian sepi.
Pun seiring waktu, warna-warni cat dan lukisan yang menjadi pemikat utama semakin pudar. Kasat mata saat ini, rupa Kampung Pelangi tak semenarik dulu. Tak ada pengecatan ulang dilakukan. Tidak dari pemerintah kota (pemko) Banjarbaru, tidak pula oleh warga sebagai bentuk partisipasi.
Sudarmin, Ketua RT 1, Kelurahan Guntung paikat bahkan blak-blakan minimnya parsipasi warga menjaga fasilitas, sarana dan prasarana yang telah disiapkan Pemko Banjarbaru di awal pembentukan Kampung Pelangi. “Sebaik apapun pemerintah kota membantu, kalau masyarakatnya pasif, ya tidak jalan,” ujarnya ditemui belum lama tadi.
Diakuinya, Kampung Pelangi saat ini mengalami stagnansi karena tidak ada yang mengelolanya. Dia sendiri hanya mampu mengelola fasilitas kebugaran yang berada tepat di belakang rumahnya. Sementara fasilitas yang lain, di antaranya taman berman bermain anak, Sudarmin mengaku tak sanggup mengelolanya. “Jika untuk mengola semua fasilitas yang ada, saya tidak sanggup,” pungkasnya. (bersambung)