klikkalimantan.com – Selain faktor curah hujan yang sangat tinggi intensitasnya, juga diduga karena tidak kesiapan infrastruktur dalam menghadapi musim hujan, sehingga musibah banjir yang merendam ratusan rumah warga di Cempaka pada waktu lalu, tak dapat terhindarkan.
Pasalnya, Sungai Kuranji tidak mampu menampung debit air yang tinggi dan embung Cempaka yang dicanangkan dapat menampung air tidak berfungsi normal, serta hilangnya resapan air yang ada di Cempaka, karena alih fungsi lahan hutan menjadi perumahan dan perkantoran membuat melubernya air dan terjadilah banjir.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarbaru, Subrianto mengatakan, Permasalahan utamanya adalah bocornya aliran sungai yang ada diwilayah tersebut.
“Embung itu kan diharapkan agar mengantisipasi banjir. Karena pendangkalan sungai, otomotis airnya tak dapat langsung ke embung, tapi meluber ke permukiaman warga,” jelas Subrianto.
Dikatakan Pendangkalan sungai dan embung juga disebutkannya ikut menjadi faktor banjir. Untuk itu, pada program 2020 pihaknya sudah memasukkan anggaran untuk normalisasi sungai dan pengerukan embung Cempaka.
Ia kembali menegaskan bahwa hal tersebut telah ada upaya sejak 2019 dan menunggu anggaran pada tahun 2020 tapi nyatanya sebelum terealisasi banjir datang terlebih dulu.
“Untuk pendalaman embung Cempaka dan normalisasi sungai akan dilaksanakan pada tahun ini , dan kegiatan tersebut menunggu anggaran dulu,” ungkapnya.
Untuk normalisasi sungai dan pengerukan embung itu, pemerintah Kota Banjarbaru mengeluarkan ratusan juta rupiah untuk sungai dan embung dapat berfungsi dengan normal.
“Untuk anggaran normalisasi air sebanyak Rp200 juta rupiah dan Rp400 juta rupiah untuk pengerukan kedalaman embung,” jelasnya.
Subrianto berharap dengan dilakukan pendalaman embung dan normalisasi sungai yang dilakukan tahun ini, bisa meminimalisir banjir di wilayah Cempaka. (lin)