Ahmad Syarif: Jika Berniat Tidak Melakukan Money Politik, Mengapa Ketakutan?

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
SEMANGAT- Meski spanduk anti politik uang banyak yang dirusak dan dilepas pihak yang tidak bertanggung jawab, Aliansi Masyarakat Anti Money Politik Kalimantan tetap bersemangat mengobarkan kampanye anti p[olitik uang. (ist)

Klikkalimantan.com, BANJARBARU – Menjelang pelaksaan pemungutan suara ulang (PSU) Pilgub Kalimantan Selatan, perlawanan masyarakat terhadap politik uang mendapat tantangan baru dari oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Spanduk-spanduk peringatan terhadap bahaya politik uang dicabuti dan dirusak orang tak dikenal.

Ironisnya, menurut Ahmad Syarif, Ketua Aliansi Masyarakat Anti Money Politik Kalimantan Selatan, pemasangan spanduk melawan dan menolak politik uang secara swadaya oleh masyarakat merupakan bagian dari partisipasi publik dalam pengawasan PSU.

“Hal ini selaras dengan agenda Forum Warga Pengawas Pemilu, sebuah gagasan yang dicetuskan Bawaslu Kalsel, sebagai upaya meningkatkan partisipasi masyarat dalam pengawasan Pilkada. Tentu saja, peristiwa ini menimbulkan pertanyaan, mengapa ada pihak yang sangat takut dengan kehadiran pesan-pesan anti-politik uang dalam spanduk tersebut?” tulis Ahmad Syarif melalui rilis yang diterima redaksi Klikkalimantan.com, Sabtu (22/5/2021).

Pesan didalamnya sangat baik papar dia, yakni memberikan perlawanan terhadap praktik politik uang yang menjadi cikal-bakal bencana bagi warga. Harusnya didukung bersama.

“Ini justru dicabut, bahkan dilaporkan ke Bawaslu oleh oknum yang berkamuflase mengatasnamakan warga.” ungkap Syarif.

Sebelumnya, terdapat berbagai laporan yang diarahkan ke Prof Denny Indrayana dari pihak-pihak yang mengaku sebagai warga. Namun setelah ditelusuri, yang bersangkutan merupakan pendukung pasangan kandidat lain.

Seperti peristiwa yang terjadi di Masjid Nurul Iman beberapa waktu lalu sebutnya, ada orang tua yang mengaku warga setempat yang memancing keributan dengan Tim Hukum H2D. Lalu dirinya bersuara di media seakan-akan warga yang menjadi korban.

“Setelah ditelusuri, ternyata merupakan pendukung militan BirinMu. Ada spanduk BirinMu terpampang besar di depan rumahnya,” katanya.

Kemudian peristiwa pelaporan Prof Denny Indrayana oleh seorang yang mengaku warga setempat bernama Safruddin. Lagi-lagi di media dirinya mengaku sebagai warga setempat. Setelah diselidiki, ternyata Safruddin adalah salah satu pendiri relawan jaga banua bentukan BirinMu.

BACA JUGA :
Sejumlah Politisi Ajukan Lamaran ke DPC Gerindra untuk Diusung Sebagai Bacabup dan Bacawabup

Ketiga, peristiwa pelaporan Prof Denny Indrayana oleh seorang yang mengaku tokoh warga di Banjarmasin bernama Din Jaya. Setelah ditelusuri, rupanya dia adalah salah satu pentolak Tim BirinMu.

 “Sekarang ada lagi oknum mengaku warga melaporkan spanduk tolak politik uang. Modus ini sudah basi dan justru jadi bumerang. Masyarakat yang “sebenarnya” justru bertanya, mengapa ada yang sangat takut dengan gerakan melawan politik uang? Jika memang berniat tidak akan melakukan politik uang, kenapa takut?” jelas Syarif.

Syarif juga memperingatkan kepada oknum yang mencabut spanduk-spanduk tolak politik uang, agar tidak memancing potensi gesekan yang terjadi di masyarakat. Karena semangat menolak politik uang adalah kehendak rakyat, dan juga program terencana yang telah dan sedang dilaksanakan oleh jajaran Bawaslu dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan. Setiap pesan tolak politik uang yang tersebar ke masyarakat adalah bentuk perbantuan kinerja pengawas pemilu yang dilakukan oleh masyarakat.

“Jangan lakukan tindakan yang arogan dengan mencabut secara diam-diam spanduk tolak politik uang. Jika ketahuan, bisa memunculkan gesekan dan keributan di tengah masyarakat,” pungkas Syarif.

Sebelumnya suara masyarakat untuk menolak politik uang terjadi semakin masif. Mereka bersandar pada nasehat para tuan guru dan ulama-ulama kenamaan. Salah satu yang dikutip adalah isi ceramah Ustad Abdul Somad (UAS) yang videonya viral beredar di masyarakat. UAS menyatakan “Ambil Uangnya, Jangan Pilih Orangnya, SIAP!!” kemudian masyarakat menjawab dengan antusias “SIAP!!”.***

Scroll to Top