Industri Rumah Temurun Sejak Puluhan Tahun Silam
klikkalimantan.com – Pengolahan kopi bubuk, menjadi industri kecil rumahan yang banyak dilakoni warga di Desa Pasar Jati dan Jati Baru, Kecamatan Astambul. Industri ini bahkan digeluti warga temurun sejak puluhan tahun silam.
Salah seorang warga yang sudah puluhan tahun menekuni industri pengolahan kopi adalah Fatimah. Bahkan, ia dan seorang anaknya, kini telah memperkejakan tiga orang warga untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Tak kurang dari 40 kilogram biji kopi, dan 60 kilogram jagung sebagai bahan tambahnya, diolah menjadi kopi bubuk saban harinya di pabrik mini miliknya yang ada di belakang rumah.
Perlu proses panjang hingga biji-biji kopi menjadi serbuk, dikemas, dan siap dipasarkan. Junaidi, salah seorang yang bekerja di rumah industri milik Fatimah memaparkan, biji kopi kering terlebih dulu disangrai.
Caranya, biji kopi dimasukkan dalam tong atau tabung berbahan seng yang diletakkan di atas tungku yang telah dinyalakan apinya. Tong atau tabung seng yang telah terisi kopi tersebut, kemudian diputar perlahan terus menerus. Mengguling, begitu proses penyangraian ini disebut.“Sekali mengguling rata-rata 20 kilogram biji kopi,” kata Junaidi kepada klikkalimantan.com, awal pekan ini.
Perlu waktu sedikitnya dua jam hingga biji kopi berwarna hitam kecoklatan dengan dengan bau khas kopi. Rampung dengan itu, biji kopi ditiriskan. Perlakukan sama juga dilakukan pada biji jangung. Hanya saja, jika sekali mengguling biji kopi maksimal 20 kilogram, janggung mencapai 30 kilogram. Pun, dengan waktu penyangraian satu jam lebih lama dibanding kopi.
Berat kedua bahan tersebut, menurut Junaidi, sekaligus menjadi takaran komposisi saat proses pelembutan yang dilakukan dengan mesin giling. Sebelum ada mesin giling, pelebutan dilakukan dengan cara ditumbuk dalam lesung. “20 kilogram kopi dicampur 30 kilogram jagung,” ujarnya.
Setelah biji kopi dan jagung bercampur dalam bentuk serbuk, pengemasan menjadi tahap akhir sebelum Kopi Jati -begitu kopi produksi warga Desa Jati dan Jati Baru ini disebut- siap dijual ke pasar. Dalam pengemasan, Fatimah biasanya langsung turun tangan dibantu seorang anaknya. (rudiyanto)