‘Merayu’ Warga, Dari Belasan hingga Ada Daftar Tunggu Masuk TPQ Halaby
Oleh: Rudiyanto
Bermula dari kepedulian terhadap pentingnya pendidikan Al-Qur’an sejak dini, Hj Erna Lisa Halaby (ELH) menemui warga yang tinggal di sekitar Sofia Residence, sebuah kompleks perumahan bergaya kluster di Jalan Raya Intan, Kelurahan Loktabat Utara, Banjarbaru Utara, Kota Banjarbaru. Kepada warga, utamanya dari kalangan keluarga tidak mampu dan memiliki anak usia sekolah dasar, Lisa Halaby, begitu perempuan kelahiran 11 September 1979 ini akrab disapa, menyampaikan keinginannya.
Dengan nada setengah ‘merayu’, Lisa mengajak para orangtua mengijinkan anak-anaknya belajar membaca Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Halaby yang ia dirikan, di bawah naungan Yayasan Abdul Aziz Halaby. Tempatnya di mushalla yang ada di Kompleks Sofia Residence.
Termasuk yang ia sampaikan kepada para orangtua, belajar di TPQ Halaby tidak dipungut biaya, alias gratis. “Tahun 2017. Pertama kali ada 10 – 15 anak yang belajar mengaji di TPQ Halaby,” kata Lisa Halaby ditemui dikediamannya di Kompleks Bumi Cahaya Bintang, Sungai Besar, Banjarbaru belum lama tadi.
Proses pembelajaran pun mulai berjalan dengan jumlah santri hanya belasan. tiga orang pengajar disiapkan untuk mentransfer ilmu baca dan tulis Al-Qur’an kala itu. Begitu pula sarana pendukung proses pembelajaran, termasuk seragam, buku, dan iqra.
Hari berganti pekan, pekan berganti bulan hingga tahun, kabar keberadaan TPQ Halaby yang menyelanggarakan pembelajaran baca dan tulis Al-Qur’an gratis, lantas cepat menyebar. Alhasil, kian banyak orangtua yang datang untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Terus bertambah, dari yang semula hanya belasan, menjadi puluhan, bahkan hingga ratusan peserta didik. Mushala yang semula digunakan untuk pembelajaran, tak lagi mampu menampung jumlah santri yang terus bertambah.
Untungnya segera ada solusi. Tiga rumah tipe kluster milik keluarga Abdul Aziz Halaby yang berada tak jauh dari mushala, segera dialihfungi sebagai wadah belajar para santri. “Saya dan saudara-saudara berembug. Akhirnya diputuskan menggunakan tiga unit yang memang tidak terpakai tersebut sebagai tempat belajar anak-anak,” ujarnya.
Dan saat ini, kata Lisa Halaby, jumlah santri di TPQ Halaby tak kurang dari 570 santri. Jumlah yang telah melampaui kapasitas tampung tiga unit rumah. Namun keinginan para orangtua menyekolahkan anaknya di TPQ Halaby tak mungkin serta merta ditolak. “Kami masukkan ke dalam daftar tunggu hingga ada santri yang naik jilid dan wisuda,” ujarnya sembari menyebut TPQ Halaby telah dua kali melaksanakan wisuda santri.
Pun dengan jumlah tenaga pengajar yang ada saat ini, 33 ustadz/ustadzah, bukan lagi jumlah ideal untuk mengajar sebanyak 570 santri. Bahkan menurut Lisa, ada beberapa ustadz/ustadzah yang harus mengajar di dua kelas.
“Waktu belajar di TPQ Halaby dibagi dua sesi. Sesi pertama pukul dua tiga puluh, dan sesi kedua bakda Ashar. Dan ada beberapa ustadz/utadzah yang usai mengajar di sesi pertama, juga mengajar di sesi dua,” kata Lisa Halaby.
Diakuinya, meski awalnya TPQ Halaby diperuntukkan sebagai wadah belajar Al-Qur’an untuk anak-anak dari kalangan keluarga kurang mampu, namun tak sedikit pula orangtua dari keluarga berada yang datang dan ingin menyekolahkan anaknya.
Tak serta merta juga dapat ditolak, karena niatnya memang untuk belajar Al-Qur’an. Menyiasati itu, Lisa menyebut ada biaya yang dikenakan untuk menebus seragam. “Itu saja yang membedakan. Karena untuk SPP semuanya gratis,” kata Lisa Halaby. (klikkalimantan.com)