klikkalimantan.com, MARTAPURA – Warga Desa Penggalaman, Kecamatan Martapura Barat, mengeluhkan layanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Zalecha Martapura, yang dinilai kurang memuaskan.
Hal tersebut diabadikan Syamsul (42) dalam sebuah video berdurasi 49 detik, saat mencoba mengeluarkan anak perempuannya (14) dari Ruang Bedah Merpati. Si anak didiagnosis patah tulang paha kaki kanan, akibat insiden kecelakaan.
Keluhan Syamsul adalah, ia harus mendorong sendiri bed tempat anaknya berbaring, tanpa dibantu petugas RSUD Ratu Zalecha Martapura, pada 9 November 2021 kemarin.
Selanjutnya, pada rekaman video kedua berdurasi 51 detik, barulah tampak beberapa orang perawat dan petugas scurity ikut serta membantu memindahkan pasien dari bed ke dalam mobil ambulan yang membawa orangtua pasein.
“Orangtua mana yang hatinya tidak kesal ketika melihat anaknya tidak mendapatkan pelayanan yang baik di rumah sakit. Terlebih, menggunakan pelayanan umum, kita bayar cash sekitar Rp26 juta 6 ratus ribu,” ujar pria yang berprofesi sebagai petani ini, Rabu (10/11/2021).
Syamsul menceritakan kronologis singkat, sebelum peristiwa tersebut terjadi. Dimana anaknya sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit pasca menjalani operasi.
“Saya pun menanyakan ke kasir untuk total biaya perawatan anak saya, yakni sekitar Rp26 Juta lebih. Karena tidak cukup uang, terlebih tidak mungkin pihak rumah sakit menerima BPKB sebagai jaminan. Akhirnya, terpaksa bertahan (ditunda) satu hari, hingga mendapat dana tambahan,” ucapnya.
Selanjutnya, yakni pada 9 November 2021, Syamsul kembali ingin menyelesaikan proses administrasi agar anaknya bisa cepat dibawa pulang.
“Setelah mau bayar, ternyata ada tambahan biaya sekitar Rp500.000, untuk biaya seperti konsultasi yang tidak kami lihat hari itu, infus pun sudah dilepas. Saya pun meminta rinciannya, sehingga total biaya yang harus dibayar sekitar Rp26 juta 6 ratus ribu. Tapi tidak masalah karena mah pulang,” ujarnya.
Setelah proses administrasi selesai, dan menunggu persiapan untuk pulang, ternyata tidak ada petugas medis yang membantu, setelah lama ditunggu di ruang tempat anaknya mendapat perawatan.
“Saya pun berpikir, karena proses administrasi selesai sehingga tidak lagi mendapatkan pelayanan, dan harus dibawa keluar sendiri. Anak saya ini kan paha kanannya patah, bagaiman bisa berjalan kalau tidak dibantu. Karena itu saya dorong sendiri ranjang rumah sakit itu, karena saya lihat petugasnya pada sibuk pegang HP. Ini bukan persoalan uang, atau ingin viral, tapi supaya ada pembenahan terhadap pelayanan,” tegasnya.(zai/klik)