Rabu, Juni 11, 2025
BerandaBanjarMenguak Fakta Kopi Berkualitas dengan Harga Murah di Pasaran

Menguak Fakta Kopi Berkualitas dengan Harga Murah di Pasaran

klikkalimantan.com, SEMARANG – Berkunjung ke Provinsi Jawa Tengah (Jateng), khususnya ke Semarang selaku Ibukotanya, maka tak lengkap jika tak menapakti destinasi wisata di kota tua tersebut.

Salah satu destinasi unggulan Jateng adalah kawasan perbukitan yang beberapa diantaranya sebagai daerah penghasil kopi dari perkebunannya. Bahkan, perkebunan kopi peninggalan Kolonial Belanda pun hingga kini masih terjaga kelestariannya.
Salah satunya kebun kopi di Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, yang berada di ketinggian 711 Meter di atas permukaan laut.

Desa Bedono dikenal sebagai daerah unggul dalam komoditas kopi. Baik jenis kopi Arabika, Robusta, dan Excelca, hingga varietas kopi Liberica, yang sempat dikunjungi beberapa awak media dari Kabupaten Banjar, tak terkecuali klikkalimantan.com pada 22 Oktober 2020 pekan lalu.

Saat bertandang ke kediaman Hadi Suprapto di Desa Bedono, atau lebih dikenal dengan sebutan Dusun Jerukwangi di pundak gunung, dan sebagai pusat pelatihan pertanian dan pedesaan swadaya, sejumlah wartawan asal Banjar pun mendapat sambutan hangat. Juga harumnya aroma segelas kopi hangat yang dihidangkan Hadi Suprapto yang akrab disapa Embah Prapto itu.

Ditemani hangatnya suguhan kopi, Embah Prapto menceritakan sejarah awal perkebunan kopi, hingga dirinya mulai menggeluti bisnis budidaya tanaman kopi di Dusun Jerukwangi pada 1981 silam. Bahkan, kediamannya pun telah menjadi pusat balai pelatihan pertanian di Desa Bedono.

Singkat cerita, Embah Prapto mengungkapkan fakta di balik kopi bubuk kemasan yang kerap dijumpai di pasaran yang konon merupakan biji kopi pilihan, namun dibandrol dengan harga murah. Sejatinya, biji kopi dengan kualitas pilihan tentunya akan dipasarkan dengan harga mahal.

“Bahkan pada bulan ini, salah satu perusahaan tertentu justru mencampur produknya dengan kulit biji kopi dan daun kopi yang telah dikeringkan. Setelah diolah lalu dicampur dengan kimia rasa kopi, maka seolah kopi pun berkualitas tinggi,” beber Embah Prapto yang telah meraih penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beberapa tahun lalu, atas dedikasinya menghasilkan kopi berkualitas.

Fakta mengejutkan tentang kopi kemasan pun juga diungkapkan seorang roaster kopi asal Kabupaten Ambarawa, Jateng. Yakni Devi yang sangat piawai dalam meracik berbagai jenis kopi.

“Kalau berbicara kopi mahal dan berkelas, tentu Kopi Arabica. Asalkan diawali prosesnya yang benar, baik mulai memproses bibitnya, pemilihan kopi berkualitas kala panen, penjemuran, hingga takaran biji kopi pun sangat menentukan,” jelas Devi yang pernah mengecap pendidikan kopi selama 5 tahun di Negeri Kincir Angin Belanda.

Devi yang juga berperan aktif dalam budidaya kopi, kerap memberikan edukasi terhadap sejumlah petani dan masyarakat. Namun, kebanyakan petani dan masyarakat tak menghiraukan terkait kualitas kopi.

“Karena untuk menghasilkan kopi berkualitas memerlukan proses panjang. Sedangkan petani kopi masih bergantung terhadap perputaran ekonomi yang lebih cepat untuk menyokong kehidupan sehari-hari. Sehingga, tanpa pikir panjang petani pun menjual biji kopi hasil budidayanya, serta masyarakat pun masih mengkonsumsi jenis kopi bubuk murah yang banyak di pasarkan,” jelasnya.

Senada dengan Embah Prapto, Devi pun mengamini fakta ribuan ton buah kopi rijek yang masih dimanfaatkan perusahaan besar, yang diolah sedemikian rupa sehingga terkesan berkualitas.

“Makanya mereka bisa menjual produk sangat murah. Ironisnya kopi yang hampir busuk pun ikut diproses,” ucapnya.
Mestinya, papar Devi, kopi berkualitas dapat bermanfaat untuk meningkatkan vitalis, menenangkan syaraf otak, hingga mencerdaskan, bukan justru kontraproduktif.

“Dengan mengkonsumsi kopi tak berkualitas, justru akan meningkatkan resiko mag lambung, kerja jantung yang berdampak peminumnya akan gelisah, emosi kurang terkendali, hingga susah tidur,” tuturnya.

Terlebih, dalam proses roasting yang asal-asalan, hingga menggunakan biji kopi yang kurang berkualitas, justru akan mengandung kadar asam yang sangat tinggi dan kadar kafeinnya.

“Makanya, orang Eropa hanya mengkonsumsi kopi pilihan, sehingga cenderung cerdas. Meskipun kopi pilihan itu utamanya jenis Arabica sangat mahal, namun tetap diburu orang Eropa. Sedangkan jenis kopi lainya seperti Robusta, Liberika, masih kalah dibanding Arabica, mengingat kadar asam Arabica masih lebih rendah,” ungkapnya.

Devi menilai, kualitas kopi sangat berpengaruh pada kecerdasan otak dan ketenangan berpikir. Sedangkan mengkonsumsi kopi yang kurang berkualitas, justru menyebabkan mag, emosi menjadi labil, dan kurang panjang dalam berpikir.

“Kopi berkualitas juga terbukti lebih lama berasa di lidah. Bukankah ada petuah kaum sufi bahwa selama bau kopi ada di mulut orang beriman, maka malaikat akan senantiasa mendoakannya,” pungkasnya.(Zai/klik)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments