Selasa, Oktober 28, 2025
BerandaBanjarmasinOrang Tua Atlet Renang Keluhkan Fasilitas dan Dugaan Ketidakadilan Pembagian Nomor Lomba

Orang Tua Atlet Renang Keluhkan Fasilitas dan Dugaan Ketidakadilan Pembagian Nomor Lomba

klikkalimantan.com, BANJARMASIN — Orang tua atlet renang Kota Banjarmasin, Khadijah, mengungkapkan kekecewaannya terhadap fasilitas dan perlakuan yang diterima anaknya di event Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) ke-XII Tahun 2025 yang diselenggarakan di Kabupaten Tanah Laut (Tala).

Khadijah menilai, terdapat ketidakadilan dalam pembagian nomor pertandingan serta dugaan keberpihakan pelatih terhadap atlet tertentu. Tak hanya itu, fasilitas penginapan yang disiapkan dinilai tidak layak, terdapat pula masalah transparansi terkait uang transport dan uang saku bagi atlet.

“Penginapan awal itu tidak layak untuk atlet, rumahnya bau rokok. Sekarang kami sudah pindah ke tempat lain,” ujar Khadijah.

Ia juga mempersoalkan pembagian nomor pertandingan yang dianggap tidak adil. Menurutnya, anaknya semula dijanjikan akan turun di beberapa nomor, yakni 50 meter dada, 200 meter gaya bebas, 4 x100 meter dan 4 x 200 meter estafet. Namun, di hari ini pertandingan 4x 200 estaeft malah mendadak diganti menjelang hari pertandingan.

“Tapi di hari H malah diganti dengan alasan berbagi. Padahal sebelumnya, waktu di Banjarmasin, pembagian nomor sudah disepakati,” katanya.

Khadijah juga mengaku kecewa karena putranya tidak dimainkan di nomor yang menjadi spesialisasinya di katagori bebas dan kupu. Menurutnya, dari hasil cek waktu yang dilakukan tim pelatih di nomor 4x50meter, catatan waktu anaknya lebih baik dari atlet lainnya.

Dilihat dari waktu tersebut, anaknya yang masuk mewakili di lomba 4×200 meter putera ,kenyataan pada menit-menit terakhir terjadi pergantian dengan alasan, yang menurut Khadijah, tidak masuk akal yaitu alasannya berbagi

“Anak saya spesialis gaya bebas, tapi malah diikutkan di gaya dada. Saya sudah mohon agar diganti, tapi pelatih bilang tidak bisa karena sudah disusun. Ternyata di hari pertandingan bisa diganti juga, jadi tidak konsisten,” tambahnya.

Selain itu, ia menilai ada ketidaktransparanan dalam proses latihan dan pembinaan atlet. Ia menyebut anaknya sempat dianggap berlatih tanpa izin karena berlatih di tempat lain, padahal hal itu dilakukan karena merasa diabaikan oleh pelatih.

“Anak saya merasa didiskriminasi, tidak digubris pelatih, jadi saya putuskan berlatih di tempat lain agar lebih fokus. Harusnya pelatih bisa bersikap bijak dan menetralkan suasana jika ada masalah antar-atlet,” ujarnya.

Khadijah berharap pihak terkait, seperti Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Banjarmasin, melalui Tim Monitoring dan Evaluasi, dapat menindaklanjuti keluhan para orang tua atlet dan memastikan proses pembinaan berjalan secara profesional, adil, dan transparan. (sin/klik)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments