KLIKKALIMANTAN.COM – Entah apa yang terjadi dengan habitat primata yang satu ini, pastinya belakangan bangkui (monyet berekor pendek) menjadi musuh utama petani. Utamanya petani di Desa Bunglai, Apui, Rantau Balai dan Desa Rantau Bujur, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
“Sebelumnya bangkui tidak pernah seganas seperti sekarang ini. Tanaman ubi kayu jadi sasaran utamanya. Kami kewalahan dalam menghadapinya,” ungkap Ancah petani di Desa Apui.
Bagaimana tidak kewalahan tambahnya, puluhan hingga ratusan ekor setiap harinyà mengintai ladang-ladang warga.
Sekadar informasi, beberapa tahun belakangan ini kawasan di Kecamatan Aranio yang didominasi kawasan Taman Hutan Raya Sultan Adam, kian terbuka. Ditambah fasilitas ruas jalan besar terbentang dari Desa Awang Bangkal hingga ke wilayah Kabuten Tanah Bumbu, kian menambah terbuka kawasan yang semula hutan belantara.
Pun demikian, faktor tersebut belum bisa disebutkan sebagai penyebab brutalnya bangkui menyerang perladangan milik warga
“Kita tidak bisa menyimpulkan keganasan bangkui itu akibat degradasi kawasan hutan. Namun yang pasti erat kaitannya antara primata dan kelestarian hutan,” ungkap Safariyansyah, aktivis lingkungan Yayasan Kompas Borneo.
Menurut dia, apa yang mènimpa petani di desa-desa tersebut haruslah dicarikan solusinya. Karena jika tidak, ancaman justru akan berbalik ke kelestarian jenis primà ta yang dikenal cerdas tersebut.
“Saya tidak yakin, jika tidak ada bangkui yang mati terbunuh akibat kejengkelan petani,” katanya.
Sementara itu dari penelusuran klikkalimantan.com, di lapangan keresahan para petani itu nyata terjadi. Siang dan malam mereka selalu siaga di ladang.
“Sekarang sudah lebih santai. Karena padi sudah semuanya dipanen,” ujar Tayib petani di Desa Ratau Balai.
Disebutkannya akibat serangan bangkui, sebagian besar warga utamanya yang bertani terpaksa meninggal pekerja lainnya. (yan/klik)