klikkalimantan.com, MARTAPURA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar, melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengambangan (Bappedalitbang) melaksankan ekpos pendahuluan kajian Analisis Kebijakan Percepatan Penurunan Angka Prevelansi Stunting, Jumat (12/5/2023) di Aula Bauntung, Kantor Bappedalitbang di Martapura. Kegiatan dipimpin Kepala Bappedalitbang, Hj Siti Hamidah dan diikuti perwakilan sejumlah Organsasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemkab Banjar.
Hj Siti Hamidah mengatakan, kajian yang diekpose merupakan hasil kerjasama Bappedalitbang dnegan Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Banjarmasin. Melalui kajian ini diharapkan, penanganan dan penurunan angka stunting di Kabupaten Banjar dapat lebih cepat terlaksana. “Karena dengan bebas stunting Kabupaten Banjar akan lebih maju kedepannya,” ujarnya.
Tegas dipaparkan Hamidah, stunting menjadi salah satu konsentrasi pemerintah pusat dan daerah untuk sama-sama menurunkannya karena stunting dapat menggagalkan masa depan anak bangsa.
Tim Peneliti Uniska Banjarmasin, Nurul Indah Qariati memaparkan, penelitian atau kajian ini untuk mencari kendala yang menjadi penghambat dari program percepatan penurunan angka prevalensi stunting yang ada di Kabupaten Banjar.
Menurutnya, hasil SSGI 2022, Kabupaten Banjar mengalami penurunan angka prevalensi stunting dari 40,2 persen pada 2021 menjadi 26,4 persen pada 2022. Kendati demikian angka tersebut lebih tinggi daripada prevalensi angka stunting nasional yaitu 21,6 persen dan Provinsi Kalimantan Selatan yaitu 24,6 persen. “Oleh karena itu diperlukan strategi dan arah kebijakan untuk menurunkan stunting agar sesuai dengan ambang batas yang ditetapkan oleh WHO,” kata Nurul.
Lebih lanjut menurutnya, dari hasil penelitian yang dilakukan, akan memperoleh model kebijakan yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan daerah Kabupaten Banjar dalam menurunkan angka prevalensi stunting. “Penelitian ini akan dilakukan di 20 kecamatan Kabupaten Banjar pada bulan Mei hingga September 2023 dengan metode kajian field story secara kualitatif,” ujarnya. (to/klik)